Memantaskan Diri Bukan Gaya Hidup Hedonis, Tapi Peningkatan Kualitas Diri
Ketika berbicara tentang memantaskan diri, konsep ini sering identik dengan perilaku hidup mewah, makan di restoran, liburan, atau yang sejenisnya.
Padahal konsep memantaskan diri tidaklah seperti itu. Perilaku hidup hedonis yang identik dengan boros atau melakukan sesuatu secara berlebihan bukanlah konsep memantaskan diri.
Lantas, seperti apa konsep memantaskan diri dari sisi finansial itu? Di artikel ini kita secara ringkas akan membahasnya.
Memantaskan diri adalah sebuah persepsi, menempatkan diri kita di tempat yang layak, di tempat yang pantas. Kemudian konsep ini dimaknai dengan kemewahan.
Jika kita punya income cuma sekitar 3 juta, maka kita harus punya keberanian untuk makan di tempat yang dikunjungi oleh orang-orang dengan level income mungkin 50 atau 100 juta.
Konsep ini kemudian memaksa kita untuk makan di tempat yang mewah. Pada akhirnya, setelah makan, bukan kepantasan diri yang kita dapat, tapi rasa sedih karena uang kita habis.
Ketika kita makan di sebuah restoran kemudian kita menghabiskan uang sekitar 300 ribu bahkan 500 ribu.
Setelah pulang kita pun berpikir, "Aduh, nanti saya harus makan apa" uang 500 ribu itu yang harusnya untuk makan kurang lebih 10 hari, tapi gara-gara memantaskan diri akhirnya habis.
Atau ketika memantaskan diri dimaknai dengan harus nongkrong di kafe, membeli segelas kopi dengan harga 80.000 ini juga sebuah persepsi yang perlu kita tinjau ulang.
Apakah dengan kita nongkrong di kafe membeli kopi dengan harga 80.000 menjadi lebih baik? Berapa banyak orang yang menghabiskan uang ratusan ribu tiap harinya, tapi tetap saja hidupnya tidak berubah.
Mereka nongkrong di tempat-tempat yang keren tapi tetap saja di akhir bulan mereka kesulitan secara finansial.
Mereka mengeluh tentang hutang dan mereka mengeluh tentang apa yang menjadi tagihan mereka di bulan ini.
Memantaskan diri itu tidak terkait dengan gaya hidup, namun memantaskan diri terkait dengan 4 hal terpenting dalam hidup kita.
1. Memantaskan diri terkait dengan kualitas diri
![]() |
| Foto: freepik |
Jika kamu nongkrong di sebuah kafe kemudian membeli kopi dengan harga 80.000, apakah harga itu pantas untuk kamu? Apakah kamu sudah punya kualitas untuk menghasilkan uang dengan jumlah yang lebih besar sehingga nilai 80.000 itu menjadi nilai yang sangat kecil untuk kamu?
Memantaskan diri tidak terkait dengan apa yang kita beli, tapi terkait dengan kemampuan yang kita miliki untuk membeli.
Ketika kamu ingin punya income di level 100 juta, maka pantaskanlah kualitas dirimu untuk punya kemampuan mendapatkan 100 juta itu.
Apakah kamu punya pengetahuan yang membuat kamu punya kemampuan untuk mendapatkan 100 juta? Apakah kamu punya keterampilan yang membuat kamu layak untuk dibayar 100 juta?
Apakah kamu punya ide yang ketika orang menerapkannya kamu bisa menghasilkan 100 juta? Atau apakah kamu punya karya, punya produk yang dengan karya dan produk itu kamu punya potensi untuk menghasilkan 100 juta? Ini semua tentang kualitas diri.
Ketika kamu ingin memantaskan diri, maka naikkanlah level kualitas dirimu. Ketika kamu menghargai dirimu dengan nilai 100 juta per bulan, maka naikkan level kualitas dirimu agar kamu mampu memiliki kemampuan untuk menghasilkan 100 juta itu.
Jadi memantaskan diri yang terbaik adalah meningkatkan kualitas diri, meningkatkan kualitas keterampilan kita, pengetahuan kita, dan yang terpenting jaringan kita.
Daripada Anda pergi ke sebuah kafe kemudian membeli kopi dengan harga 80.000 segelas, lebih baik uang itu Anda simpan.
Setelah terkumpul uang kurang lebih 400 atau 500 ribu, Anda membuat janji dengan partner Anda, dengan mentor Anda, atau dengan orang yang Anda anggap sukses. Minta waktu padanya, "Bolehkah saya mentraktir Anda untuk makan siang?"
Pada sisi ini, inilah tindakan memantaskan diri yang sebaik-baiknya. Daripada kamu nongkrong sendirian di tempat yang keren, lebih baik kamu ajak orang yang berkualitas.
Ketika Anda mentraktir mereka, bos Anda, partner Anda, atau siapapun yang Anda hormati dan Anda anggap bisa belajar dari mereka, di titik ini itulah memantaskan diri.
Kita memang makan di restoran yang keren, tapi kita bertemu juga dengan orang yang keren. Waktu satu atau dua jam yang kita habiskan dengan mereka akan membangun relasi yang lebih baik yang akan membuka peluang kita untuk melakukan sesuatu yang lebih baik juga.
Kalaupun Anda harus menyimpan satu atau dua bulan untuk ada di momen mentraktir orang terbaik itu, ini akan setimpal dengan peluang yang mungkin akan Anda dapatkan.
Memantaskan diri tidak terkait dengan tempat di mana kita makan, tapi lebih dekat dengan siapa yang kita ajak makan.
Apakah nongkrong dan makan di tempat yang berkualitas dan keren itu meningkatkan kualitas diri kita? Jika iya, itulah memantaskan diri.
Kalaupun terpaksa kita makan di restoran yang mewah bukan masalah uang yang kita keluarkan untuk makan di tempat itu, tapi dengan siapa kita ada di situ.
Jika kita berada di sana dengan orang-orang yang berkualitas dengan level yang lebih tinggi, inilah konsep memantaskan diri.
Jadi jangan fokus pada tempatnya, jangan fokus pada apa yang kita beli, tapi fokuslah pada manfaatnya.
Memantaskan diri adalah meningkatkan kualitas diri kita. Jika tindakan nongkrong dan makan kita bisa meningkatkan kualitas diri kita, itu masih bisa dianggap sebagai memantaskan diri.
Namun, jika nongkrong dan ngobrol kita hanya sekedar menghabiskan uang, hanya sekedar untuk bergaya maka ini omong kosong.
2. Memantaskan diri terkait dengan persepsi diri
![]() |
| Foto: freepik |
Memantaskan diri juga terkait dengan persepsi diri, bagaimana kita semua melihat diri kita. Jika kita punya persepsi diri yang negatif bahwa kita akan keren kalau punya mobil, akan keren kalau makan di tempat mewah itu bukan persepsi diri yang baik.
Kamu menganggap dirimu keren karena ada faktor eksternal yang ada di dirimu. Tapi jika kamu menganggap bahwa "Saya adalah luar biasa, saya keren, saya memakai mobil ataupun tidak, saya tetap keren, saya percaya diri, saya punya kualitas," inilah persepsi diri yang sejati.
Memantaskan diri adalah menaikkan rasa percaya dirimu, menaikkan level positif persepsimu terhadap dirimu sendiri.
Ketika kamu berdiri di depan cermin kemudian kamu nyatakan bahwa "Aku adalah orang yang luar biasa, saya bersyukur Tuhan memberi saya sesuatu yang luar biasa dan saya berjanji akan menggunakannya juga untuk hal yang luar biasa."
Di titik ini, persepsi diri yang positif inilah yang kita kenal dengan memantaskan diri.
Jika kamu tidak percaya terhadap dirimu, jika kamu tidak percaya terhadap kemampuanmu, lantas bagaimana mungkin orang lain akan percaya padamu?
Maka memperbaiki persepsi diri terhadap diri kita ini jauh lebih penting dari sekedar kita nongkrong di mana.
3. Memantaskan diri adalah membangun pondasi finansial
![]() |
| Foto: freepik |
Jika tindakanmu nongkrong di tempat yang keren dan membeli barang-barang mewah ini justru menghadirkan kondisi finansial yang semakin buruk. Ini bukan memantaskan diri, tapi ini adalah pemborosan, ini adalah penghancuran kualitas finansialmu.
Menata pondasi finansial kemudian membuat rencana yang baik untuk masa depan, menyiapkan investasi, menambah pengetahuan dan literasi finansial, inilah memantaskan diri yang sejati.
Jika dengan kamu nongkrong kemudian kamu membeli barang-barang bermerk dengan tujuan untuk membangun jejaring, dan dari sisi finansial aman, tidak mengganggu, dan terlebih tidak berhutang, maka kamu boleh melakukannya.
Tapi jika kamu melakukannya dengan berhutang, ini patut kita pertanyakan. Gaya hidup yang mewah yang kamu hadirkan yang diikuti dengan kehancuran pondasi finansial kita, ini bukan memantaskan diri, tapi sedang menghancurkan diri.
Lantas bagaimana jika niat kita adalah untuk memberi pengalaman pada diri, agar kita pernah mencoba pengalaman-pengalaman di atas level kita, apakah kita tidak boleh melakukannya? Tentu saja boleh, dengan catatan tidak mengganggu dan tidak merusak pondasi finansialmu.
Katakanlah jika income kamu cuma sekitar 3 juta per bulan, kemudian kamu ingin punya pengalaman staycation atau makan di tempat mewah, maka yang harus kamu lakukan adalah menabung.
Mungkin kamu tabung setiap bulan 200 ribu, setelah terkumpul satu tahun kamu punya uang 2,4 juta, barulah kamu boleh menikmatinya. Kamu boleh memantaskan diri dengan nongkrong di tempat yang keren untuk memberi pengalaman pada kamu.
Terlebih jika kamu lakukan itu dengan orang-orang berkualitas. Kamu sengaja mengundang rekanmu, partnermu, mengundang mentormu untuk makan bareng, untuk liburan bareng dan kamu tidak sekedar mendapatkan pengalaman, tapi juga pengetahuan dan peningkatan kualitas diri.
4. Memantaskan diri terkait dengan nilai
![]() |
| Foto: freepik |
Hal terpenting, memantaskan diri sangat terkait dengan value, dengan nilai yang kita anut yang kemudian menjadi prinsip untuk kita terapkan dalam kehidupan. Memantaskan diri tidak sekedar urusan material, tapi lebih dari itu.
Bagaimana kita mengembangkan sikap yang positif, sikap menghargai, sikap menjunjung tinggi kejujuran, ini adalah nilai terpenting.
Bagaimana kita mampu mengendalikan ambisi kita, bagaimana kita untuk tetap bersyukur dengan apapun yang kita punya, inilah memantaskan diri.
Kita akan pantas di depan Sang Pencipta, kita akan pantas di depan sesama kita, dan pada akhirnya kita akan pantas di depan harta benda.
Uang akan datang kepada orang-orang yang pantas. Sebelum mereka datang, maka kita harus pantas dulu di lingkungan sosial kita.
Inilah pembahasan tentang memantaskan diri, bahwa memantaskan diri tidak sekedar terkait dengan urusan material semata, tapi lebih dari itu.
Memantaskan diri adalah meningkatkan kualitas diri kita, memantaskan diri adalah memperbaiki persepsi terhadap diri kita.
Memantaskan diri adalah membangun pondasi finansial yang kuat dan yang terpenting, memantaskan diri adalah memiliki, membangun, dan menganut nilai-nilai positif dalam kehidupan kita.



