Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah 3 Jebakan Hutang Karena Kesalahan Finansial

Inilah 3 Jebakan Hutang Karena Kesalahan Finansial

Ada salah satu teman saya yang mengeluh, dia mengatakan, "Saya itu nggak pernah pingin berhutang, tapi kenapa ya kok tetap saja berhutang, ada saja hal yang membuat saya terpaksa berhutang. 

Kadang terpaksa berhutang karena anak masuk sekolah atau terpaksa berhutang karena ada keluarga yang sakit."

Berbicara tentang hutang memang nggak semua orang melakukannya karena perilaku konsumtif, kadang mereka melakukannya karena situasi yang sangat terpaksa.

Sadar atau tidak, banyak kondisi, banyak kesalahan yang jika kita tidak aware atau tidak peka itu punya potensi membuat kita terjebak hutang.

Apakah sengaja atau tidak, apakah terpaksa atau tidak, apakah konsumtif atau tidak. Apapun itu, banyak orang punya potensi terjebak hutang karena mereka melakukan sebuah kesalahan.

Setidaknya ada tiga kesalahan perilaku finansial yang membuat banyak orang sangat-sangat mungkin terjebak pada hutang.

3 Jebakan Hutang Karena Kesalahan Finansial

1. Hidup tanpa dana darurat

Ketika kita hidup tanpa dana darurat, maka kita punya potensi untuk berhutang. Dana darurat adalah uang yang sengaja kita simpan atau kita tabung untuk memenuhi kondisi-kondisi darurat dalam hidup kita.

Jika kita nggak punya dana darurat, maka andaikata situasi buruk terjadi pada hidup kita, kita pun akan mengalami kesulitan.

Misalkan tiba-tiba kita di-PHK dan ternyata kita sama sekali nggak punya dana darurat, kita nggak punya tabungan, maka yang terjadi untuk bertahan hidup, kita akan terpaksa berhutang.

Kondisinya akan berbeda jika kita punya dana darurat, andai kata situasi buruk terjadi, kita nggak perlu berhutang karena kita masih punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan kita dalam situasi yang sangat darurat itu.

Satu hal yang harus kita pahami, dana darurat dengan uang tabungan itu harus kita pisahkan karena itu dua hal yang berbeda.

Dana darurat hanya bisa kita pakai untuk situasi kondisi darurat, sementara uang tabungan bisa kita gunakan untuk situasi yang sesuai dengan rencana dan kebutuhan kita.

Kita bisa mengubah uang tabungan menjadi investasi, tapi untuk dana darurat nggak. Jangan mengubah uang dana darurat kita menjadi investasi karena peruntukannya berbeda.

2. Berpikir jangka pendek

Situasi lain yang membuat banyak orang terpaksa berhutang adalah mereka hanya berpikir jangka pendek. Mereka nggak punya prioritas keuangan.

Simpelnya begini, bayangkan kamu punya seekor burung yang setiap hari terbang mencari makanan kesana kemari, kemudian sore pulang.

Dia nggak pernah punya tabungan makanan di sarangnya, yang ada dalam prinsipnya ketika dia lapar, dia akan pergi terbang mencari makanan dan kalau sudah kenyang dia akan pulang.

Berapa banyak orang yang hidup model seperti itu, dapat uang hari ini habis hari ini, dapat uang bulan ini habis bulan ini. Mereka lupa kalau ada kebutuhan yang harus kita siapkan di masa mendatang.

Kebutuhan hidup manusia itu nggak cuma kebutuhan hidup masa sekarang, tapi ada juga kebutuhan masa mendatang.

Misalnya seperti dana pendidikan untuk anak, itu adalah kebutuhan masa mendatang. Dana pensiun kita itu adalah kebutuhan masa mendatang yang pasti kita butuhkan tapi nggak sekarang.

Jika kamu nggak punya prioritas keuangan dan hanya berpikir jangka pendek serta tidak berupaya menyiapkan kebutuhan jangka panjang, maka potensi hutang itu pasti akan besar.

Misal, ketika anak mau masuk kuliah, kamu sama sekali nggak punya persiapan, maka yang terjadi kalau kamu punya aset, kamu bisa jual aset, kalau kamu punya tabungan, kamu bisa gunakan tabungan itu. Namun kalau nggak punya semuanya ya terpaksa berhutang.

Berapa banyak orang-orang yang terpaksa berhutang hanya untuk memenuhi kebutuhan kuliah anak-anak mereka.

3. Mengikuti gaya hidup lingkungan

Kondisi ketiga yang membuat orang punya potensi untuk berhutang adalah mereka terlalu mengikuti gaya hidup lingkungan mereka. Selain itu, kadang mereka terjebak dengan gengsi.

Ketika teman-temannya merencanakan untuk jalan-jalan, merencanakan untuk membeli tas baru, membeli sepatu baru, atau membeli apapun, kita pun ingin ikut karena kita ingin sama dengan mereka. Padahal kita lupa, bisa jadi kemampuan finansial kita nggak sama.

Ketika kita hidup dengan gaya hidup orang lain, maka kita punya potensi untuk berhutang karena sebenarnya kita tidak original dalam menjalani hidup.

Kemampuan finansial kita 4 juta sebulan tapi gaya hidup kita 6 juta sebulan dan yang terjadi ya berhutang.

Coba evaluasi ada di mana standar hidupmu dan ada di mana standar gaya hidupmu. Coba evaluasi ada di level mana income kita dan ada di mana gaya hidup kita.

Jika gaya hidup kita lebih tinggi dari standar income kita, siap-siaplah penderitaan pasti akan kita alami. Jika hidup kita terlalu fokus pada gengsi, ingin terlihat kaya, ingin terlihat keren, ya bersiap-siaplah kamu akan mengalami berbagai kesulitan dalam hidupmu. Yuk berbenah, sesuaikan gaya hidup kita dengan standar income kita.

Berupaya untuk menilai kualitas diri jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penampilan diri. Gengsi hanya urusan penampilan sementara kualitas diri terkait dengan pemikiran. Jadi fokus pada meningkatkan kualitas diri bukan meningkatkan penampilan diri.