Penyebab Paling Umum Seseorang Sulit Mempunyai Rumah
Mempunyai rumah sendiri adalah impian banyak orang. Rumah bukan hanya tempat berteduh, tapi juga simbol stabilitas, pencapaian, dan kenyamanan.
Namun, dalam kenyataannya, banyak orang yang kesulitan untuk memiliki rumah mereka sendiri.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang sulit memiliki rumah, mulai dari masalah keuangan hingga faktor eksternal yang di luar kendali mereka.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa penyebab paling umum yang membuat seseorang sulit memiliki rumah, dan mungkin bisa membantu kamu memahami tantangan yang dihadapi serta bagaimana cara mengatasinya.
1. Harga Properti yang Tinggi
Ini mungkin penyebab paling umum mengapa banyak orang sulit membeli rumah. Harga properti, terutama di kota-kota besar, terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Kenaikan ini sering kali tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat, sehingga banyak orang yang terjebak dalam lingkaran ketidakmampuan untuk membeli rumah.
Dalam beberapa dekade terakhir, pasar properti telah mengalami lonjakan harga yang signifikan, didorong oleh permintaan yang tinggi dan pasokan yang terbatas.
Di banyak negara, termasuk Indonesia, harga tanah dan bangunan di pusat kota sangat mahal, membuat banyak orang harus mempertimbangkan tinggal di pinggiran kota atau bahkan di luar kota untuk mendapatkan rumah dengan harga yang lebih terjangkau.
Namun, tinggal di luar kota juga berarti harus menempuh perjalanan yang lebih jauh ke tempat kerja, yang bisa menambah biaya transportasi dan waktu tempuh.
2. Pendapatan yang Tidak Mencukupi
Masalah lain yang membuat seseorang sulit memiliki rumah adalah pendapatan yang tidak mencukupi.
Meskipun seseorang mungkin sudah menabung, jika pendapatannya tidak cukup untuk menutupi biaya cicilan atau uang muka rumah, maka impian memiliki rumah akan sulit terwujud.
Pendapatan yang tidak mencukupi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pekerjaan yang tidak stabil, upah yang rendah, atau beban keuangan lain yang harus ditanggung, seperti utang atau biaya hidup yang tinggi.
Di Indonesia, banyak pekerja informal yang penghasilannya tidak menentu, sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak ada jaminan pendapatan tetap.
Selain itu, meskipun seseorang memiliki pendapatan tetap, jika pendapatannya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan dasar sehari-hari, akan sangat sulit untuk menyisihkan uang guna membeli rumah.
Dengan harga rumah yang semakin mahal, banyak orang yang akhirnya memilih untuk menyewa daripada membeli, karena mereka merasa lebih mampu membayar sewa daripada mencicil rumah.
3. Biaya Uang Muka yang Tinggi
Selain harga rumah yang tinggi, biaya uang muka yang tinggi juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang sulit membeli rumah.
Uang muka biasanya berkisar antara 10-30% dari harga rumah, tergantung dari kebijakan perbankan atau lembaga pembiayaan yang bersangkutan.
Untuk rumah dengan harga satu miliar rupiah, misalnya, uang muka yang harus disiapkan bisa mencapai 100 hingga 300 juta rupiah.
Bagi sebagian besar orang, mengumpulkan uang sebanyak itu bukanlah hal yang mudah, terutama jika mereka juga harus menanggung biaya hidup sehari-hari.
Beberapa orang mungkin bisa mendapatkan bantuan dari orang tua atau keluarga untuk membayar uang muka, tapi tidak semua orang memiliki privilese tersebut.
Bagi mereka yang harus mengumpulkan uang sendiri, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyisihkan tabungan guna membayar uang muka, sementara harga rumah bisa terus naik selama mereka menabung.
4. Skor Kredit yang Buruk
Kreditur seperti bank atau lembaga pembiayaan biasanya akan mengecek skor kredit seseorang sebelum menyetujui pinjaman untuk membeli rumah.
Jika seseorang memiliki skor kredit yang buruk, kemungkinan besar mereka akan kesulitan mendapatkan pinjaman, atau jika pun berhasil, bunga yang ditawarkan mungkin akan sangat tinggi.
Skor kredit yang buruk bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pembayaran tagihan yang terlambat, terlalu banyak utang, atau catatan kredit yang tidak konsisten.
Di Indonesia, sistem skor kredit mungkin belum sepopuler di negara-negara maju, tetapi riwayat kredit seseorang tetap menjadi pertimbangan penting bagi bank dalam memutuskan untuk memberikan pinjaman atau tidak.
Jika seseorang memiliki skor kredit yang buruk, langkah pertama yang harus diambil adalah memperbaikinya dengan cara membayar semua tagihan tepat waktu, mengurangi utang, dan memastikan bahwa semua catatan kredit bersih.
Memperbaiki skor kredit memang membutuhkan waktu, tapi hal ini penting untuk meningkatkan peluang mendapatkan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.
5. Kurangnya Edukasi Finansial
Tidak semua orang memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana cara mengelola keuangan, dan ini bisa menjadi salah satu penyebab mengapa mereka sulit membeli rumah.
Kurangnya edukasi finansial dapat membuat seseorang tidak tahu bagaimana cara menabung, mengatur anggaran, atau memahami proses pembelian rumah.
Misalnya, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya menabung untuk uang muka sejak dini.
Mereka mungkin tidak tahu berapa banyak yang harus mereka sisihkan setiap bulan atau bagaimana cara mengatur pengeluaran agar bisa menabung lebih banyak.
Selain itu, beberapa orang mungkin juga tidak memahami bagaimana proses pengajuan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) bekerja, sehingga mereka tidak siap ketika harus menghadapi berbagai persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan.
Edukasi finansial adalah kunci untuk membantu seseorang mempersiapkan diri membeli rumah.
Dengan pemahaman yang baik tentang keuangan, seseorang bisa membuat rencana jangka panjang, mengetahui berapa banyak yang harus mereka tabung, dan memahami bagaimana proses pembelian rumah berjalan.
Edukasi finansial juga bisa membantu seseorang menghindari keputusan-keputusan keuangan yang salah, seperti mengambil utang dengan bunga tinggi yang bisa mengganggu kemampuan mereka untuk membeli rumah.
6. Utang yang Menumpuk
Utang yang menumpuk bisa menjadi salah satu alasan utama mengapa seseorang kesulitan membeli rumah.
Utang, terutama yang memiliki bunga tinggi seperti kartu kredit, bisa menguras pendapatan seseorang sehingga tidak ada sisa untuk ditabung atau membayar cicilan rumah.
Utang bisa datang dari berbagai sumber, seperti pinjaman pribadi, kartu kredit, atau bahkan pinjaman pendidikan.
Jika seseorang memiliki terlalu banyak utang, kemampuan mereka untuk mendapatkan pinjaman rumah juga akan terpengaruh, karena bank akan melihat rasio utang terhadap pendapatan mereka.
Semakin tinggi utang seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka untuk disetujui mendapatkan pinjaman rumah.
Untuk mengatasi masalah ini, seseorang harus fokus untuk melunasi utang-utang yang ada terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan membeli rumah.
Melunasi utang secara bertahap dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu bisa membantu seseorang mengurangi beban keuangan mereka dan meningkatkan peluang mereka untuk membeli rumah.
7. Inflasi dan Kenaikan Biaya Hidup
Inflasi adalah faktor eksternal yang bisa sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membeli rumah.
Kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu dapat mengurangi daya beli seseorang, termasuk dalam hal membeli rumah.
Ketika inflasi naik, biaya hidup sehari-hari juga meningkat, yang berarti seseorang harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan listrik.
Akibatnya, sisa pendapatan yang bisa digunakan untuk menabung atau mencicil rumah menjadi lebih sedikit.
Selain itu, inflasi juga bisa mempengaruhi suku bunga pinjaman. Jika suku bunga naik, cicilan KPR akan menjadi lebih mahal, sehingga semakin sulit bagi seseorang untuk membeli rumah.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan inflasi dan perubahan ekonomi lainnya saat merencanakan pembelian rumah.
8. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi, seperti resesi atau depresi, bisa sangat mempengaruhi pasar properti dan kemampuan seseorang untuk membeli rumah.
Dalam situasi krisis, banyak orang kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji, yang membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi membeli rumah.
Krisis ekonomi juga bisa menyebabkan penurunan harga properti, yang mungkin terdengar baik bagi calon pembeli, tetapi dalam kenyataannya, situasi ini bisa menimbulkan ketidakpastian dan membuat bank lebih ketat dalam memberikan pinjaman.
Selain itu, jika seseorang kehilangan pekerjaan selama krisis, mereka mungkin tidak dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman rumah, meskipun harga rumah turun.
9. Kurangnya Dukungan Pemerintah
Di beberapa negara, pemerintah menyediakan berbagai program bantuan untuk membantu warganya membeli rumah, seperti subsidi, pinjaman dengan bunga rendah, atau program perumahan bersubsidi.
Namun, di banyak tempat, dukungan semacam ini mungkin kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Di Indonesia, misalnya, meskipun ada beberapa program perumahan bersubsidi, akses ke program-program ini sering kali terbatas dan tidak selalu mencakup semua orang yang membutuhkan.
Selain itu, prosedur yang rumit dan birokrasi yang panjang bisa menjadi hambatan tambahan bagi mereka yang ingin memanfaatkan program bantuan ini.
Kurangnya dukungan pemerintah ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang kesulitan memiliki rumah, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memperluas akses ke program-program bantuan perumahan dan menyederhanakan prosesnya agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.
10. Ketidakstabilan Pekerjaan
Ketidakstabilan pekerjaan, seperti kontrak kerja jangka pendek atau pekerjaan freelance, bisa membuat seseorang kesulitan mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah.
Bank dan lembaga pembiayaan biasanya mencari calon pembeli dengan penghasilan yang stabil dan riwayat pekerjaan yang panjang.
Jika seseorang sering berganti pekerjaan atau tidak memiliki kontrak kerja yang jelas, mereka mungkin dianggap berisiko tinggi dan ditolak untuk mendapatkan pinjaman.
Bagi pekerja freelance atau yang bekerja dengan kontrak jangka pendek, salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membangun riwayat keuangan yang kuat dan menabung sebanyak mungkin sebelum mengajukan pinjaman rumah.
Hal ini untuk menunjukkan bahwa kamu memiliki pendapatan yang konsisten meskipun tidak memiliki pekerjaan tetap bisa membantu meyakinkan bank bahwa kamu mampu membayar cicilan rumah.
11. Perubahan Gaya Hidup dan Prioritas
Di zaman sekarang, banyak orang, terutama generasi milenial dan Gen Z, yang memiliki prioritas dan gaya hidup yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Beberapa orang mungkin lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman, seperti traveling atau memulai bisnis, daripada membeli rumah.
Selain itu, dengan semakin populernya gaya hidup minimalis, beberapa orang memilih untuk tidak membeli rumah besar atau tinggal di kota, melainkan memilih tinggal di tempat yang lebih kecil dan sederhana, atau bahkan hidup nomaden.
Perubahan gaya hidup dan prioritas ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa seseorang sulit atau bahkan tidak tertarik untuk membeli rumah.
12. Lokasi yang Tidak Strategis
Terakhir, lokasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memiliki rumah.
Rumah yang berada di lokasi strategis, seperti dekat dengan pusat kota, transportasi umum, atau tempat kerja, biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan rumah di lokasi yang kurang strategis.
Banyak orang yang kesulitan membeli rumah di lokasi yang mereka inginkan karena harganya yang terlalu mahal.
Sebagai alternatif, mereka mungkin memilih untuk membeli rumah di lokasi yang lebih terjangkau, tapi ini bisa berarti harus mengorbankan kenyamanan atau aksesibilitas.
Solusi untuk Memiliki Rumah
Meskipun ada banyak tantangan dalam memiliki rumah, bukan berarti hal ini tidak mungkin dilakukan. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan peluang kita memiliki rumah:
Mulai Menabung dari Sekarang: Semakin cepat kita mulai menabung, semakin besar peluang kita untuk mengumpulkan uang muka dan membeli rumah.
Perbaiki Skor Kredit: Pastikan untuk membayar semua tagihan tepat waktu dan kurangi utang untuk meningkatkan skor kredit kita.
Cari Program Bantuan: Cari tahu apakah ada program bantuan perumahan di daerah kalian yang bisa membantu kamu membeli rumah dengan harga lebih terjangkau.
Pilih Lokasi yang Sesuai dengan Anggaran: Pertimbangkan untuk membeli rumah di lokasi yang lebih terjangkau atau di pinggiran kota jika harga rumah di pusat kota terlalu mahal.
Pertimbangkan Alternatif Pembiayaan: Selain KPR dari bank, ada beberapa alternatif pembiayaan lain yang bisa dipertimbangkan, seperti koperasi atau lembaga keuangan non-bank.
Membeli rumah adalah keputusan besar yang membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang.
Dengan memahami tantangan yang mungkin dihadapi dan mengambil langkah-langkah yang tepat, kamu bisa meningkatkan peluang untuk memiliki rumah impian.
Ingatlah bahwa memiliki rumah bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang bagaimana kalian mengelola keuangan dan membuat keputusan yang tepat untuk masa depan.
