Hati-Hati Dengan Prasangka Negatif Karena Itu Belum Tentu Benar
Seberapa sering sih kita berprasangka negatif terhadap orang lain, mengembangkan asumsi-asumsi yang belum tentu benar, berprasangka buruk terhadap pasangan kita, teman kita, rekan kita, pimpinan kita, bahkan diri sendiri?
Bisa jadi, kadang kita tidak sadar kalau apapun prasangka negatif yang kita kembangkan itu semua bukan realita.
Ketakutanmu itu hanya di pikiran, bukan sebuah kenyataan. Kecurigaanmu itu hanya di pikiran, bukan kenyataan.
Asumsi negatif yang kamu kembangkan itu juga hanya ada di pikiran, bukan kenyataan. Dan sekali lagi, semua prasangka negatif kita bukanlah sebuah realita, itu hanya ada di pikiran kita.
Ketika kamu ingin membuat sebuah bisnis, kamu pun berprasangka negatif: nanti kalau rugi gimana? Nanti kalau gagal gimana?
Aduh, kalau saya gagal, saya pasti nggak punya uang. Aduh, kalau bisnis ini nggak jalan, hidup saya pasti susah.
Pertanyaannya, apakah bisnis itu sudah kamu jalankan? Pertanyaannya, apakah kamu sudah gagal? Pertanyaannya, apakah hidupmu sudah susah?
Bukankah semuanya belum terjadi? Bukankah itu hanya ada di pikiran kita? Anehya, sesuatu yang hanya ada di pikiran kita itu kita percaya seolah-olah nyata. Apa akibatnya? Kita nggak berani melangkah.
Yuk, bangun kesadaran bahwa semua prasangka negatif itu bukan realita. Itu hanya khayalan kita, itu hanya imajinasi kita dan itu belum terjadi.
Karena prasangka negatif itu bukan realita, karena prasangka negatif itu belum terjadi, terus kenapa kita harus percaya?
Sayangnya, banyak orang terpenjara oleh prasangka negatif itu. Perasaan takut gagal yang tiba-tiba muncul ketika kamu ingin membangun sebuah bisnis membuat kamu berhenti melangkah, membuat kamu memilih: "Sudahlah, ini saja yang kita jalani, kita terima saja yang ada, kita syukuri yang ada."
Seolah-olah kamu berkata bijak dengan mengatakan kita terima dan kita syukuri yang ada. Padahal sebenarnya kamu sedang terpenjara oleh rasa takutmu, sehingga kamu nggak berani melangkah, kamu nggak berani membangun bisnis, dan memilih menjalani pekerjaan yang ada.
Ya, percaya atau tidak, prasangka negatif itu telah menghadirkan sebuah penjara tak kasat mata. Prasangka negatif itu membuat kita nggak berani melangkah, prasangka negatif itu membuat kita nggak berani mencoba, prasangka negatif itu membuat kita nggak berani berhubungan dengan orang lain.
Ketika kita mendengar informasi, "Jangan kerja sama dengan orang itu, orang itu nggak bisa dipercaya," kita pun berpikir negatif terhadap orang itu.
Harusnya apa? Setiap informasi yang menghadirkan prasangka negatif itu harus kita verifikasi, kita pastikan, kita uji dulu, kita cari datanya. Jika ternyata memang benar begitu datanya, baru kita boleh percaya.
Ketika kita mempercayai begitu saja semua prasangka negatif kita, maka kita sedang memilih dipenjara oleh prasangka negatif itu.
Karena suka atau tidak, semua perasaan negatif itu berpengaruh terhadap tindakan kita, berpengaruh terhadap keputusan kita. Sayangnya, kita mengizinkan prasangka negatif itu memenjara keputusan dan tindakan kita.
Kadang kita membatalkan sebuah rencana, membatalkan sebuah tindakan ketika kamu membayangkan hal-hal negatif dari tindakan itu.
Misalkan, kamu mau mengurus perizinan sebuah bisnis, kamu pun mengatakan, "Aduh, ribet banget, nanti belum apa-apa sudah di suruh ke sana, suruh ke sini, suruh ngelengkapin dokumen," berbagai pikiran negatif, imajinasi negatif itu muncul, padahal belum tentu seperti itu.
Itu bukan realita, itu bukan kenyataan. Namun, sayang kita percaya dan karena kita percaya, kita pun terpenjara.
Akhirnya apa yang terjadi? Sudahlah, pakai jasa saja, bayar nggak masalah asal lancar. Pikiran negatif yang membuat kita mengambil keputusan yang negatif. Prasangka negatif yang membuat kita terpenjara dalam situasi negatif.
Satu hal lagi yang harus benar-benar kita pahami, prasangka negatif itu bukan kebenaran, loh. Ketika kamu berprasangka negatif terhadap suamimu, menganggap dia selingkuh, menganggap dia melakukan hal negatif, semua pikiranmu itu bukan kebenaran.
Jika memang semua pikiran negatif kita itu bukan kebenaran, terus kenapa kita harus percaya Kebenaran itu harus dibuktikan, ingat itu, bukan sekedar di angan-angan.
Karena prasangka negatif bukan kebenaran, maka kamu nggak wajib percaya. Jika kamu percaya 100% terhadap prasangka negatifmu, itu konyol.
Kebenaran itu lahir dari kejernihan pikiran, kebenaran itu lahir dari keutuhan cara berpikir. Bukan berpikir kotor dan negatif, bukan berpikir parsial dan sepotong-sepotong.
Pikiran negatif, pikiran yang kotor, pikiran yang sepotong itu lebih dekat dengan kesalahan, lebih dekat dengan sesuatu yang tidak benar.
Satu hal yang paling penting, prasangka negatif itu bikin kita nggak bahagia. Coba kamu pikirkan, kenapa sih kamu nggak bahagia?
Pasti salah satu penyebabnya karena terlalu banyak prasangka negatif di otak kita, terlalu banyak rasa takut, terlalu banyak rasa khawatir, terlalu banyak kecurigaan, terlalu penuh dengan hal-hal negatif yang menghinggapi pikiran kita.
Jika kamu masih terus memelihara prasangka negatif itu, ya silakan menunggu. Kamu semakin menderita, kamu semakin sengsara. Kebahagiaan akan semakin jauh dari hidupmu.
Yang terpenting dan sangat berbahaya, prasangka negatif itu adalah jantung dari setiap pikiran negatif dan pikiran negatif akan membuat kita teradiksi.
Hari ini mungkin kita berpikir negatif cuma 10 menit, besok nambah lagi jadi 15 menit, besok nambah lagi jadi 20 menit, begitu seterusnya.
Hari ini kita berpikir negatif satu hal tentang orang yang kita anggap negatif, besok kita dapat informasi berikutnya negatif lagi, begitu seterusnya.
Akhirnya apa? Setiap bertemu dengan segala sesuatu, kita akan mendahulukan pikiran negatif dari pikiran positif.
Setiap kita mendapatkan informasi, kita akan menganalisis dengan perspektif negatif lebih dulu jika dibandingkan dengan perspektif positif.
Orang-orang yang sering berprasangka negatif, yang membiarkan dirinya dikuasai oleh prasangka negatif, tanpa sadar, dia sedang membiarkan dirinya teradiksi, kecanduan pikiran negatif, dan ini bisa jadi sangat berbahaya.
Pada akhirnya, yuk sadar, sadari bahwa prasangka negatif itu bukan realita, sadari bahwa prasangka negatif itu bukan kebenaran.
Sadari bahwa prasangka negatif itu memenjarakan kita, sadari bahwa prasangka negatif membuat kita nggak bahagia, dan sadari bahwa prasangka negatif itu adiktif, membuat kita kecanduan.
Dengan kita sadar dengan kondisi ini, maka kita akan lebih mudah lepas dan keluar dari prasangka negatif itu.
