Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hati-Hati Menceritakan Mimpimu Pada Orang Lain!

Hati-Hati Menceritakan Mimpimu Pada Orang Lain!

Jangan kamu bagikan mimpimu pada sembarang orang, karena kamu punya potensi akan menyesal karenanya. 

Mimpi itu sesuatu yang berharga, tapi sangat rapuh. Karena berharga, maka kamu harus menjaganya; karena rapuh, kamu harus melindunginya. 

Semua kesuksesan dan keberhasilan itu dimulai dari mimpi, apakah itu mimpi yang telah lama kita bangun dan kemudian kita perjuangkan, atau mungkin mimpi yang muncul di tengah perjalanan kita. 

Apapun itu, semua punya makna yang sama bahwa mimpi itu sangat penting. Tapi jika kamu membagikan mimpimu pada sembarang orang, kamu punya potensi gagal mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Mungkin kamu bertanya, apa sih salahnya membagikan mimpi-mimpi kita pada orang lain? Mimpi itu sesuatu yang abstrak, sesuatu yang belum terjadi. 

Ibarat sebuah tanaman, mimpi adalah sebuah benih yang baru kita tanam. Jika kita sembarangan membagikan benih itu, membagikan mimpi itu pada orang-orang tak bertanggung jawab, maka mereka punya potensi untuk mempertanyakan mimpi kita, menganalisis mimpi kita, meragukan mimpi kita, bahkan mengolok-olok mimpi kita. 

Pertanyaannya, sanggupkah kamu menjaganya? Sanggupkah kamu menjaga keyakinanmu? Sanggupkah kamu menjaga kepercayaanmu dari olok-olokan orang, dari cemooh orang lain, dari pertanyaan orang lain, dari keraguan orang lain?


Ketika begitu banyak orang menertawakan mimpimu, ketika begitu banyak orang justru tidak percaya pada mimpimu, ketika orang-orang disekitarmu mereka mempertanyakan, "Bener nggak sih ini? Yakin nggak sih kamu bisa meraihnya? Pantas nggak sih kamu bisa mewujudkannya?" Ah, kamu jangan bercanda, mimpimu ketinggian. 

Atau mungkin ada orang-orang yang mengatakan, "Jangan tinggi-tinggi deh kalau mimpi, nanti kalau jatuh kamu sakit." 

Berbagai keraguan dan berbagai pertanyaan itu justru sangat berbahaya. Ketika terlalu banyak orang meragukan kamu, apa yang terjadi? Bisa jadi kamu akan ragu. Di titik itu, mimpimu punya potensi untuk hancur dan musnah.

Coba kamu sadari, ketika kita membagikan mimpi kita pada begitu banyak orang, sejatinya kita sedang membuka pintu-pintu kegagalan. 

Semakin banyak orang yang tahu mimpi kita, semakin besar potensi pintu-pintu kegagalan kita terbuka.

Ya, karena itu tadi, jika orang-orang menerima informasi tentang mimpimu, menangkap impianmu, kemudian mereka meragukanmu, di titik itu kamu sedang membuka pintu lebar-lebar atas serangan terhadap dirimu. 

Apa yang terjadi akibatnya? Ketika kamu mulai ragu terhadap mimpimu, sejatinya kamu tidak hanya ragu terhadap mimpimu. 

Pada akhirnya, kamu punya potensi meragukan dirimu. Kamu punya potensi kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri, dan ini lebih berbahaya dari sekedar kehilangan impian kita. 

Kita punya potensi kehilangan kepercayaan diri karena terlalu banyak caci maki, terlalu banyak keraguan, terlalu banyak cemooh yang kita terima karena kita menceritakan mimpi-mimpi kita.

Feedback negatif yang kita terima ketika kita menyampaikan impian kita itu sejatinya adalah feedback negatif terhadap dirimu. 

Kenapa mereka nggak percaya terhadap mimpimu? Karena sejatinya mereka nggak percaya terhadap kemampuan kita. Di titik itu, kita sedang benar-benar berada pada posisi yang sangat rawan.


Satu hal lagi yang harus kamu pahami, ketika kita bercerita tentang impian kita pada orang-orang yang mensupport kita, yang ternyata kagum pada kita, itu juga menghadirkan bahaya tersendiri. 

Jika kita bercerita pada orang-orang yang bersikap negatif terhadap kita, itu punya potensi menghambat dan membuat kita terpenjara atas berbagai ketidakpercayaan mereka terhadap apa yang menjadi mimpi kita. 

Maka, menceritakan mimpi pada orang-orang yang bersikap positif, kagum, support pada kita itu juga punya potensi bahaya tersendiri. 

Ketika kamu menyampaikan mimpimu, ketika kamu menyampaikan harapanmu pada orang-orang yang bersikap positif kepadamu, pada orang-orang yang menganggap kamu terlihat keren, banyak orang yang support kamu, mereka kagum dengan idemu, mereka salut dengan mimpimu. Tapi kamu lupa, kamu belum mewujudkannya. 

Pujian dan sanjungan yang kamu terima karena mimpi yang telah kamu paparkan itu kadang membuat kita lupa, membuat kita seolah-olah berhasil meraih mimpi itu. 

Di titik ini, kita punya potensi terlena. Di titik ini kita bisa terjebak hanya sekedar bermimpi, tapi lupa memperjuangkannya.


Berapa banyak sih orang-orang disekitar kita yang mampu berwacana, mampu menyampaikan ide-ide keren dan menarasikan mimpinya namun ternyata mereka gagal berbuat sesuatu. 

Mereka sukses di tataran ide, tapi gagal dalam menindaklanjutinya. Bisa jadi itu muncul karena mereka terbuai oleh pujian atas ide dan mimpi mereka karena mereka dianggap keren. 

Sayang, pada akhirnya mimpi itu harus diperjuangkan, dan pada fase memperjuangkan ini mereka mungkin terlalu lemah. Mereka terlalu bangga karena pujian yang mereka terima. 

Jadikan mimpi sebagai komitmen pribadimu yang cukup kamu dan orang terdekatmu yang tahu.

Mungkin cukup pasanganmu, cukup orang tuamu, cukup gurumu, atau orang yang benar-benar kamu percaya bahwa ketika mimpi itu kita sampaikan pada mereka, mereka tidak hanya kagum, tapi juga mensupport kita. 

Mereka memberikan nasihat kepada kita, mereka mendukung perjuangan kita. Jaga mimpi kita baik-baik, perjuangkan dan pada akhirnya wujudkan.