Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan Hemat dan Pelit yang Jarang di Pahami Banyak Orang!

Banyak orang berpikir hemat dan pelit adalah dua perilaku yang sama, dua hal yang bertujuan sama-sama untuk mengurangi pengeluaran kita. 

Padahal sebenarnya keduanya adalah sesuatu yang sangat berbeda. Hemat adalah sesuatu yang sangat positif, sementara pelit adalah sesuatu yang sangat eksploitatif.

Lantas, apa perbedaan hemat dan pelit serta dampaknya terhadap hidup kita? Yuk, baca terus artikel ini sampai selesai.

Sebagian orang mendefinisikan hemat sebagai perilaku atau berupaya untuk mengurangi pengeluaran, berupaya agar uang yang kita keluar sedikit mungkin. 

Bagaimana kita bisa dengan pengeluaran yang sedikit kemudian menghasilkan sesuatu yang banyak ini adalah mungkin definisi hemat yang kadang salah dipahami oleh banyak orang. 

Perbedaan Hemat dan Pelit

Perbedaan Hemat dan Pelit yang Jarang di Pahami Banyak Orang!
Foto: freepik

Hemat adalah sebuah perilaku mencegah pengeluaran yang tidak penting, sebagai perilaku berupaya agar uang kita tidak keluar secara sia-sia. Inilah hemat. 

Sementara, perilaku mengurangi sebanyak-banyaknya pengeluaran kita adalah perilaku orang-orang yang pelit.

Ketika kamu belanja, hemat bukan berarti mengurangi pengeluaran kita, tapi hemat artinya berbelanja sesuai dengan rencana dan anggaran kita. 

Hemat artinya mencegah agar kita tidak membeli sesuatu yang memang tidak kita rencanakan, membeli sesuatu yang tidak penting, membeli sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kita.

Misalkan kita belanja bulanan, kita sudah menyusun rencana benda apa saja yang akan kita beli. Maka, berbelanjalah sesuai dengan daftar yang telah kita buat. Ketika kita mampu melakukan itu, di situlah hemat.

Sementara ketika kita belanja di luar apa yang menjadi rencana kita dengan alasan apapun, bisa jadi kita terjebak pada potensi boros. Di titik ini kita sedang tidak berhemat tapi sedang berperilaku boros.

Disisi lain ketika kita belanja kemudian kita berupaya mengurangi pengeluaran kita dengan cara menawar, mencari diskon, bahkan melakukan hal-hal lain dengan tujuan untuk mengurangi pengeluaran kita dengan cara apapun, maka di titik ini kita terjebak pada perilaku pelit.

Misalkan kamu membeli sayur katakanlah harganya Rp1.000 kemudian kamu tawar menjadi Rp500, kemudian kamu minta diskon dengan sedikit paksaan kepada penjualnya, maka di titik ini kamu sedang tidak berhemat tapi sedang berperilaku eksploitatif.

Bisa jadi karena penjual tersebut merasa sangat tidak nyaman karena kamu terus memaksa minta diskon, akhirnya ia pun terpaksa memberi diskon. Padahal ia merasa tidak puas, ia merasa tidak ikhlas dengan apa yang kamu lakukan. 

Pada titik ini benar kita sedang berhemat mungkin 500, tapi kita sebenarnya sedang melakukan tindakan yang punya potensi merugikan orang lain. Maka di titik inilah perilaku orang-orang itu punya potensi merugikan orang lain.


Bagaimana dengan diskon? Apakah perilaku mencari diskon bukan merupakan perilaku berhemat? Semua tergantung pada rencana belanja kita. 

Jika kita memang sedang berbelanja barang tertentu dan kebetulan ada diskon di dalamnya, maka silakan nikmati itu.

Tapi ketika kita membeli sesuatu dengan alasan diskon dan terpaksa membelinya sementara di luar dari anggaran, di luar dari rencana, maka di titik ini kamu sedang tidak berhemat tapi kamu sedang terjebak pada perilaku boros.

Contohnya: "Andi sedang pergi ke sebuah minimarket, ia berniat untuk membeli sikat gigi. 

Ia pun memilih satu sikat gigi seharga Rp20.000, kemudian di bawahnya ada tulisan beli dua diskon 30%. Artinya, ketika Ahmad membeli dua, dia akan dapat diskon lumayan besar. 

Dia akan mendapatkan harga Rp35.000 untuk dua sikat gigi tersebut, kemudian ia pun memilih untuk membelinya dengan alasan "ini lebih murah".

Memang benar kalau kita beli satu harganya Rp20.000, kalau beli dua masing-masing Rp17.500, tapi uang yang kita keluarkan lebih besar. 

Kalau kita beli satu, kita hanya cukup membayar Rp20.000, tapi kalau beli dua, kita akan membayar Rp35.000. 

Maka di titik ini secara real sebenarnya kita sedang mengeluarkan uang lebih besar dari rencana kita. Rencananya cukup Rp20.000, tapi karena kita beli dua jadi kita keluarkan Rp35.000.


Sekilas kita berhemat, padahal tidak. Pengeluaran kita lebih besar. Jika perilaku ini kita duplikasi pada barang yang lain, setiap kali ada diskon kita membelinya. 

Padahal kita lupa bahwa uang yang kita keluarkan lebih banyak, maka tanpa sadar inilah yang membuat kita berperilaku boros tapi kita tidak sadar.

Maka hal terpenting hubungannya dengan hemat adalah bukan mengurangi pengeluaran tapi mengurangi pembelian yang tidak penting. 

Belanjalah sesuai rencana, belanjalah sesuai anggaran kita. Jika kita mampu melakukan itu semua, kita sedang berhemat. Inilah perbedaan antara hemat dan pelit.