Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Toxic Shame, Rasa Malu yang Menghambat dan Merusak Hidup

Tanpa rasa malu, manusia akan hidup seperti binatang. Mereka tidak punya kendali, melakukan semuanya sesuka hati.

Tanpa rasa malu, hidup manusia akan kacau. Namun, terkadang rasa malu bisa menjadi penghambat, membuat kita sulit berkembang karena menempatkan rasa malu pada tempat yang tidak seharusnya.

Inilah "toxic shame", sebuah konsep rasa malu yang justru merusak. Lantas, apa itu toxic shame dan apa dampaknya untuk hidup kita? Temukan jawabannya di sini.

Toxic shame adalah kondisi di mana rasa malu ditempatkan tidak pada tempatnya. Karena kita menempatkan rasa malu itu pada posisi yang tidak tepat, dampaknya juga tidak baik.

Ciri-ciri Toxic Shame

1. Memberi kerugian secara finansial

Toxic Shame, Rasa Malu yang Menghambat dan Merusak Hidup
Foto: freepik

Simpelnya begini, katakanlah kamu ingin membeli sebuah sepatu tapi hanya punya uang 100 ribu rupiah. 

Kemudian kamu berpikir, "Aduh, kalau 100 ribu rupiah dapat sepatu yang tidak bagus, kalau saya pakai sepatu ini saya malu."

Akhirnya dengan terpaksa kita membeli sepatu dengan harga 300 ribu rupiah namun dengan cara berhutang.

Salah satu indikator kita terjebak pada toxic shame yaitu kita abai terhadap keputusan belanja kita, apakah bermanfaat secara finansial atau tidak. 

Contoh lain: Katakanlah kamu sudah bekerja sebagai seorang manajer dengan gaji 15 juta rupiah sebulan. Teman-teman kantor membawa mobil baru, sedangkan kamu hanya naik angkot.

Akhirnya, kamu berpikir, "Aduh, masa seorang manajer ke kantor cuma naik angkot, tidak pantas lah. Saya harus beli mobil baru." 

Dengan terpaksa kita pun membeli mobil dan berhutang, sementara kita masih punya cicilan di bank karena telah mengambil rumah.

Di sisi lain kita masih punya kebutuhan untuk orang tua, untuk keluarga kita. Singkat cerita, keputusan kita membeli mobil itu menjadi beban finansial. Alasannya karena rasa "malu".

Rasa malu yang kemudian kita eksekusi dengan tindakan yang merugikan secara finansial, inilah toxic shame. Jika ini dituruti, maka kehidupan finansial kita akan hancur.

Pertanyaan simpelnya, kita itu belanja dengan dasar anggaran kita atau dengan dasar kepantasan orang lain?

Kalau kita mengikuti kepantasan orang lain dan kita menganggap kita malu kalau tidak mengikuti itu semua, maka kita sedang terjebak pada toxic shame.

2. Menghambat proses pertumbuhan

Menghambat proses pertumbuhan
Foto: freepik

Ciri kedua dari toxic shame adalah menghambat proses pertumbuhan, rasa malu yang membuat kamu terhalang untuk menjadi lebih baik dan untuk bertumbuh itu adalah rasa malu yang tidak baik.

Misalnya, kamu mau bertanya pada temanmu tapi malu, alasannya, "Masa saya nanya ke dia," padahal kamu sebenarnya tidak bisa.

Bisa saja dengan kita bertanya kita dapat ilmu dari teman kita, namun karena alasan gengsi, "Ah nanti dia malah menganggap saya bodoh," itu adalah toxic shame.

Ketika di kelas, ketika kita belajar, ketika kita ikut sebuah pelatihan ada hal yang kita tidak paham tapi karena kita takut dan kita malu maka kamu tidak berani bertanya. Akhinya "Udahlah, diam saja." inilah toxic shame,.

Rasa malu yang muncul ketika kita ingin melakukan sesuatu, ingin bertanya ini sangat buruk dan kalau itu diikuti ternyata itu merugikan kita, menghambat kita untuk bertumbuh.

Kalau kita terjebak pada toxic shame yang seperti ini, kita sulit menjadi lebih baik, kita terpenjara oleh rasa malu kita.

Mau bertanya malu, mau minta bantuan orang lain malu, semuanya serba malu. Kita menempatkan rasa malu itu pada tempat yang tidak seharusnya.

3. Merugikan orang lain dan diri sendiri

Merugikan orang lain dan diri sendiri
Foto: freepik

Ciri toxic shame berikutnya yaitu rasa malu yang merugikan orang lain dan diri sendiri. Misalnya seperti ini:

Kita ada di sebuah perjalanan, di suruh nanya ke orang, "Benar nggak sih ini jalan yang tepat? Nggak usah lah malu, kita cari di Google Maps saja."

Google Maps itu memang membantu, tapi terkadang Google Maps itu menyesatkan. 

Ternyata karena kita tidak mau nanya ke orang, kita pun tersesat dan akhirnya kita rugi waktu, rugi tenaga, dan akhirnya bahan bakar kita juga habis.

Rasa malu model seperti ini yang merugikan diri sendiri bahkan orang di sekitar kita, itulah toxic shame.

Kadang kita merasa malu untuk mengatakan tidak, kadang kita merasa malu untuk meminta bantuan pada orang lain.

Ketika semua rasa malu itu berakibat negatif pada diri sendiri, berakibat negatif pada orang lain dan orang-orang di sekitar kita, maka hati-hati dengan rasa malu itu. 

Tidak seharusnya kita menempatkan rasa malu itu di tempat yang seperti itu.


Lantas, seperti apa kita menempatkan rasa malu itu? Bukankah manusia tidak mungkin hidup tanpa rasa malu?

1. Gunakan rasa malu itu untuk menjaga kita

Coba pikir ulang, kalau saya malu hanya karena membeli sepatu yang murah dan manfaatnya cuma dilihat keren sama orang lain, maka untuk diri sendiri bermanfaat tidak? Tidak, justru merugikan.

Maka kita harus malu jika apa yang kita lakukan itu merugikan diri sendiri. Gunakan rasa malu itu untuk sesuatu yang bernilai.

Misalnya, malu berhutang itu keren, karena berhutang itu negatif terlebih untuk konsumtif. 

Jangan malu memakai baju yang biasa-biasa saja, memakai sepatu yang biasa-biasa saja, tapi malulah berhutang. Maka tempatkan rasa malu dengan nilai yang tepat.

Malu ketika kita bodoh dan tersesat itu keren, jangan malu pada saat bertanya. Karena ketika kita bertanya kita akan dapat pengetahuan, kita akan belajar.

Tapi ketika kita diam dan membuat kita bodoh, kita harus malu. Maka rasa malu itu harus ditempatkan di tempat yang seharusnya.

2. Rasa berharga diri kita

Ketika kita mampu memahami keberhargaan diri kita, nilai diri kita, di titik mana kita berharga dengan cara yang tepat maka kita harus menjaganya.

Kamu harus malu ketika meminta sesuatu yang sifatnya gratisan pada sembarang orang, kamu harus malu ketika kamu selalu memanfaatkan orang lain.

Kamu harus malu karena selalu merepotkan orang lain, kamu harus malu karena kamu selalu pamer hal-hal yang sebenarnya bukan milikmu.

Maka di titik ini rasa malu yang tepat akan membuat kita terjaga. Tapi jika sebaliknya, rasa malu yang kita tempatkan pada tempat yang tidak seharusnya, itulah toxic shame yang akan merusak dan menghambat hidup kita.

Baca juga: Stres Bikin Dompet Jebol? Atasi dengan Tips Jitu Ini!

Demikian pembahasan tentang toxic shame, mudah-mudahan kita mampu menempatkan rasa malu kita secara proporsional.

Gunakan rasa malu itu untuk menjaga kita dan membuat diri kita menjadi lebih baik, bukan untuk merusak kemudian memberikan kerugian secara finansial.