Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Mengatur Emosi dan Pikiran untuk Keputusan Finansial yang Cerdas

Adakalanya, walaupun kita punya pengetahuan finansial yang baik, tidak otomatis membuat kita mampu mengambil keputusan finansial yang juga sangat baik. 

Terkadang ada perbedaan yang sangat jauh antara pengetahuan dan implementasi dalam tindakan. Sebagian orang punya perilaku finansial yang buruk walaupun mungkin mereka punya literasi keuangan yang sebenarnya sangat baik. 

Misalnya saja, kita semua tahu bahwa konsumtif itu perilaku yang buruk. Tapi tetap saja ketika melihat barang yang sedang sangat diinginkan kemudian lagi diskon, akhirnya apa? Kita lupa, kita tetap saja mengambil keputusan untuk membelinya. 

Kita juga tahu bahwa menabung itu baik untuk kondisi dan kebaikan finansial kita. Tapi tetap saja, walaupun mungkin income kita besar, kita sangat sulit untuk menyisihkan uang itu untuk bisa ditabung.

Rasanya mengambil uang untuk kemudian kita tabung dan kemudian kita jaga itu sangat-sangat berat dan lebih ringan uang itu untuk belanja. 

Walaupun sebenarnya dari sisi keputusan finansial, harusnya kita memutuskan untuk menabung, tapi tetap saja kita nggak mampu melakukan itu. Kita tetap memilih memutuskan untuk belanja. 

Pada titik ini, kita harus waspada bahwa punya pengetahuan finansial yang baik saja tidak memberikan jaminan bahwa kita mampu menampilkan, perilaku dan pengambilan keputusan finansial yang baik.

Jika mereka yang dengan pengetahuan finansial yang baik punya potensi melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan finansial, lantas bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan finansial yang mumpuni? 

Satu hal yang pasti dan butuh kita sadari adalah bahwa pengetahuan finansial tidak otomatis terimplementasi dalam tindakan finansial. Di sinilah menjadi misterinya. 

Mungkin kita semua bertanya, kenapa ya walaupun pengetahuan finansial kita baik, tapi tetap saja keputusan finansial kita buruk? Tapi tetap saja perilaku finansial kita nggak sesuai dengan harapan. 

Dalam artikel ini saya ingin memaparkan kenapa sih kita sangat sulit untuk mengambil keputusan finansial yang baik walaupun kita punya pengetahuan finansial yang baik? 

Kenapa sih kita sangat sering mengambil keputusan finansial yang salah dan kemudian kita sesali? Mengambil keputusan finansial yang bisa menyebabkan kondisi lebih sulit dari sisi finansial. 

Rahasia Mengatur Emosi dan Pikiran untuk Keputusan Finansial yang Cerdas

1. Pengetahuan Finansial vs Pengetahuan Finansial

Sadar atau tidak, perilaku finansial bukan semata-mata pengetahuan finansial. Ada faktor emosi yang menjadi latar belakang kenapa kita mengambil sebuah keputusan finansial. 

Pada akhirnya, penguasaan terhadap emosi kita menjadi mutlak agar kita senantiasa mampu mengambil keputusan yang jauh lebih baik. 

Punya pengetahuan finansial yang baik namun pengendalian emosinya sangat buruk, maka seseorang punya potensi salah mengambil keputusan finansialnya. 

Pada titik ini, keputusan finansial seseorang lebih didorong oleh faktor emosinya, bukan sekedar pengetahuan finansialnya. 

Ketika lingkungannya menggunakan tas bermerk, kemudian ia sendiri tasnya biasa-biasa saja, ada rasa minder di dalamnya dan ada keinginan untuk tampil sama seperti mereka. 

Walaupun kita tahu bahwa nggak seharusnya kita membeli barang-barang bermerk itu karena memang dari sisi finansial kita belum layak.

Walaupun kita tahu bahwa berhutang untuk membeli barang tersebut bukan sesuatu yang baik, namun ada kalanya karena kalah dengan gengsi, kalah dengan minder, kita pun memilih berhutang untuk bisa menyamai tren, menyamai gaya hidup orang-orang sekitar kita. 

Di titik inilah rasa gengsi, rasa minder yang sangat kuat yang menjadi basis emosi kita yang membuat kita, walau tahu bahwa berhutang itu buruk, walau tahu bahwa konsumtif itu negatif, kita tetap saja melanggarnya. Kita lebih mengikuti emosi kita. 

Maka pada titik ini, tidak cukup kita hanya sekedar punya pengetahuan finansial. Namun kita juga harus mampu melakukan pengendalian terhadap emosi kita. Emosi yang buruk cenderung menghasilkan keputusan finansial yang juga buruk. 

2. Program finansial

Satu hal lagi, walau mungkin kita punya pengetahuan finansial yang baik, namun jika di dalam pikiran kita ada program finansial yang negatif, tetap saja pengetahuan finansial itu hampir bisa dipastikan nggak punya banyak pengaruhnya.

Karena perilaku kita telah dikendalikan oleh sebuah program yang tertanam di pikiran bawah sadar kita. Program itulah yang menjadi program finansial pengendali perilaku kita. 

Contohnya, ada seseorang yang punya kebiasaan berhutang, pindah dari satu hutang, lunas kemudian geser ke hutang berikutnya, begitu seterusnya. 

Hampir sebagian hidupnya dihabiskan untuk membayar hutang, dihabiskan untuk gali lubang tutup lubang. 

Dia cerdas, dia paham, punya pengetahuan finansial yang baik, tapi ternyata perilakunya tetap saja tidak bisa lepas dari jeratan hutang. 

Bisa jadi kondisi itu terjadi karena di pikiran bawah sadarnya telah tertanam perilaku berhutang, karena hutang telah menjadi kebiasaannya, menjadi bagian yang diulang-ulang secara terus menerus maka tertanam sebuah sistem bahwa hidupnya hanyalah untuk berhutang. 

Ciri-ciri dikendalikan oleh sebuah program finansial yang negatif adalah, ia mengalami berbagai peristiwa finansial yang negatif walau ia berusaha untuk melawannya, berupaya untuk tidak melakukannya, tetap saja ia nggak berdaya, ia jatuh pada lubang yang sama, melakukan kesalahan yang sama. 

Di titik inilah kita butuh segera memperbaiki program finansial yang tertanam di pikiran bawah sadar kita itu. Jika tidak, pengetahuan finansial yang kita miliki benar-benar hanya sekedar pengetahuan, sulit terimplementasi dalam sebuah tindakan karena tindakan kita dikendalikan oleh sebuah program yang tertanam di pikiran bawah sadar kita. 

Satu hal yang pasti adalah bahwa di pikiran bawah sadar kita itu tidak hanya tertanam satu program, ada begitu banyak dan beragam program. 

Mulai dari program finansial, kebiasaan-kebiasaan sehari-hari dari selera makan, pilihan baju yang kita lakukan, cara kita berkomunikasi, dan seterusnya. 

Pendek kata, semua yang terimplementasi secara otomatis, yang dilakukan secara spontan itulah bagian dari program yang tertanam di pikiran bawah sadar kita. 

Program inilah yang mengendalikan sebagian besar dari hidup kita termasuk di dalamnya aktivitas keuangan kita. 

Jadi nggak usah heran jika kita punya program negatif dari sisi finansial, sangat mungkin keputusan-keputusan finansial kita juga cenderung negatif. 

Pada akhirnya, walaupun pengetahuan finansial kita baik, namun tidak diimbangi dengan kekuatan pengendalian emosi yang baik, tetap saja kita punya potensi salah mengambil keputusan karena apa yang kita lakukan benar-benar dikendalikan oleh aspek emosi kita.

4. Keputusan finansial yang tepat

Selain itu, jika pengetahuan finansial kita baik, namun program yang tertanam di pikiran bawah sadar kita yang membuat kita mengulangi tindakan-tindakan tak sadar, tindakan otomatis, keputusan finansial yang tidak tepat itu tidak kita perbaiki, tetap saja kita punya potensi mengulangi kesalahan dalam mengambil keputusan finansial. 

Di titik inilah kita butuh segera mengubah semua kondisi ini, mengupgrade pengetahuan finansial kita, di saat yang sama juga memperbaiki bagaimana cara kita dalam mengendalikan uang, bagaimana emosi kita dalam mengelola dan mengambil keputusan finansial. 

Yang terpenting, kita juga harus mampu mengupgrade dan memperbaiki program finansial kita. 

Tanpa tiga hal itu, tanpa perbaikan pengetahuan, pengendalian emosi yang baik, dan perbaikan program finansial yang mumpuni, sulit bagi kita untuk memperbaiki dan mengubah kesalahan-kesalahan berulang dalam pengambilan keputusan finansial.