Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbaik Sangkalah Dengan Hidupmu

Berbaik Sangkalah Dengan Hidupmu

Berbaik sangkalah dengan hidupmu, dengan apapun yang ada di sekitarmu, dengan sahabatmu, dengan pasanganmu, dengan pekerjaanmu, dengan orang-orang, dan dengan Tuhan.

Jika kita berburuk sangka dengan semua yang ada di sekitar kita, hidup kita akan kacau. 

Ketika kita berburuk sangka pada apapun yang ada di sekitar kita, kepada pasangan kita, kepada bos kita, kepada teman kita, kepada kehidupan, bahkan kepada Tuhan maka buruk sangka itu justru akan menjadi penjara. 

Buruk sangka itu akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. Ketika seorang istri berburuk sangka pada suaminya, curiga "jangan-jangan selingkuh". 

Apa yang terjadi? Hal baik yang dilakukan oleh suaminya akan tetap dipersepsikan negatif. 

Ketika tiba-tiba ada telepon dari rekannya, kebetulan mungkin wanita, apa yang ada di pikiran istri? Jangan-jangan ini selingkuh.

Ketika suami tiba-tiba pulang lebih awal dari biasanya, apa yang ada di pikirannya? "Pasti dia sedang janjian dengan orang lain", padahal itu hanya prasangka. Itu adalah prasangka negatif. 

Apakah itu benar? Belum tentu. Ketika suami datang memberi hadiah, membawa oleh-oleh, "kok tumben dia baik pada saya, jangan-jangan...". 

Orang-orang yang buruk sangka kepada siapapun yang ada di sekitarnya, semua akan dipersepsikan negatif, tidak peduli baik atau buruk. 

Akhirnya, apa? Dia menjadi orang yang paling paranoid, menjadi orang yang paling menderita, dan efeknya menjadi orang yang playing victim, seolah-olah dia adalah korban dari prasangkanya sendiri.

Ketika kita di kantor, ada teman kita memberi hadiah atau berbuat baik, apa yang ada di pikiran kita? Jangan-jangan ada maksud tertentu. 

Atau ketika kita melihat teman kita sedang ngobrol dengan bos kita, kita pun berburuk sangka, "jangan-jangan mereka punya hubungan gelap". 

Orang-orang yang buruk sangka itu selalu punya kecurigaan yang belum tentu benar, dan anehnya mereka sangat yakin akan hal itu. 

Di titik ini, kita yang selalu berburuk sangka sedang menghancurkan hidup kita sendiri.


Jangan mengeluh ketika kamu dijauhi oleh orang-orang, jangan mengeluh ketika pasanganmu tidak nyaman denganmu, jangan mengeluh ketika sahabat-sahabat menjauh darimu. 

Ini wajar, karena kamu tidak pernah berprasangka baik kepada mereka. 

Bayangkan, kita ubah posisinya, ketika semua orang di sekitarmu tidak percaya padamu, ketika kebaikan yang kamu lakukan dipersepsikan negatif, ketika sikap baikmu saat menolong orang lain dianggap sebagai sikap cari muka. 

Apa akibatnya? Akibatnya adalah kamu pun merasa tidak nyaman. Satu hal yang harus kita pahami, prasangka itu adalah penjara, prasangka itu bukan realita. 

Ketika kamu mau berbuat sesuatu, kemudian kamu berpikir "nanti bagaimana kalau saya ditolak", "nanti jangan-jangan tidak sesuai harapan", "nanti jangan-jangan gagal".

Prasangka-prasangka yang kita hadirkan terhadap diri kita sendiri akhirnya menghadirkan penjara, akhirnya kita tidak bertindak. 

Prasangka-prasangka yang kita hadirkan kepada pasangan kita menghadirkan pertengkaran, menghadirkan sesuatu yang justru tidak baik. 

Titik akhirnya, kita pun berprasangka negatif kepada Allah. Kadang kita bertanya, "Ya Allah, kenapa hidup saya dibuat sekacau ini? 

Kenapa saya hidup sangat menderita? Kenapa selalu ada orang-orang jahat yang ada di sekitar saya?

Kenapa mereka tidak sayang kepada kita? Kenapa pasanganku selalu berbuat hal buruk kepadaku?"

Pertanyaannya, yang membuat mereka seperti itu justru prasangka kita. Karena kamu tidak percaya kepada apapun yang ada di sekitarmu. 


Ketika kamu tidak percaya pada pasanganmu, ketika kamu tidak percaya pada bosmu, ketika kamu tidak percaya pada teman-temanmu, lantas apa yang mau kamu harapkan? 

Kamu ingin orang-orang mempercayaimu? Tidak mungkin, selama kamu selalu mengedepankan curiga, selama kamu selalu mengedepankan negatif thinking, selama itu juga hidupmu akan kacau. 

Ujungnya, kamu protes kepada Allah, "kenapa hidupku kacau?" Justru yang membuat hidupmu kacau karena kamu tidak pernah percaya bahwa Allah telah memelihara yang terbaik pada kita. 

Percaya tidak, kalau Allah itu menganugerahkan teman-teman baik di sekitarmu? Kamu saja yang berprasangka negatif terhadap mereka. 

Percaya tidak, kalau Allah itu telah memilihkan pasangan terbaik untukmu? Tapi kamu saja yang menyia-nyiakannya dengan curiga. 

Berprasangka baiklah terhadap kehidupan, terhadap Allah, terhadap teman-teman, terhadap relasi, terhadap pekerjaan, terhadap pasangan, dan terhadap apapun di sekitarmu. 

Ketika kamu mengubah prasangkamu, yakin bahwa ini pasti baik, yakin bahwa sebenarnya tidak ada hal negatif itu, itu hanya kecurigaan kita. Maka perlahan namun pasti sikap kita juga akan berubah. 

Bagi kamu yang masih selalu berprasangka negatif, saya ingin tanya, apa yang kamu prasangkakan itu fakta atau hanya khayalan? 

Ketika kamu menganggap suamimu selingkuh atau takut suamimu selingkuh, pertanyaannya, dia benar-benar selingkuh atau hanya prasangka? 

Ketika kamu menganggap suamimu berbuat sesuatu yang buruk, pertanyaannya, itu benar-benar hal buruk atau hanya prasangkamu saja? 

Ketika kamu berpikir orang-orang tidak mencintaimu, itu hanya perasaanmu atau justru sebenarnya kamu yang tidak mencintai dan tidak menghargai dirimu sendiri? 

Satu hal, Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika ternyata Allah mengatakan padamu, "apapun perasaan kamu akan Aku jadikan itu realita". 

Pertanyaannya, masihkah kamu berprasangka negatif? Jika kamu berprasangka positif, maka Allah mengiyakan dan itu terjadi. 

Dan jika kamu berprasangka negatif, maka Allah pun mengiyakan dan itu terjadi. 

Pertanyaannya, kamu mau memilih yang mana? Masih memelihara prasangka negatif atau memilih untuk bertobat dan belajar berprasangka baik terhadap kehidupan? 

Yuk, fokus pada hal-hal baik. Ada terlalu banyak hal positif yang harus kita syukuri daripada sekadar berprasangka negatif dan mengikuti ketakutanmu.