Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Cara Menemukan Batas Cukup Keuangan Kita?

 

Bagaimana Cara Menemukan Batas Cukup Keuangan Kita?

Berapa banyak yang kita butuhkan untuk merasa bahagia, nyaman, dan tenang? Berapa uang yang perlu kita tabung untuk merasa cukup?

Menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah. Apakah kita perlu rumah untuk tinggal? Tentu. Namun, apakah kita memerlukan rumah sebesar istana? Belum tentu.

Kita memerlukan kendaraan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, entah itu dari rumah ke kantor atau ke supermarket. Tapi, apakah kita perlu mobil mewah? Tidak juga, bukan?

Kita butuh tas untuk membawa barang-barang kita. Namun, apakah tas tersebut harus merek Hermes yang harganya puluhan juta? Tidak perlu.

Kita juga perlu pakaian untuk dipakai sehari-hari. Tetapi, apakah pakaian itu harus seharga jutaan rupiah? Jika keinginan terus diikuti, memang tidak ada batasnya.

Ada istilah "Lifestyle Inflation," yaitu ketika pendapatan kita meningkat, keinginan kita juga bertambah, dan gaya hidup kita berubah. 

Inilah mengapa banyak orang yang meskipun pendapatannya tinggi, tetap merasa tidak cukup dan terus merasa harus mengejar sesuatu yang lebih.

 

Pada saat gaji kita masih 5 juta, makan nasi dengan telur dan tempe sudah terasa enak dan nikmat. Namun, ketika pendapatan naik menjadi 10 juta, nasi dengan tempe tiba-tiba terasa kurang menggugah selera.

Hal ini tidak berarti kita dilarang untuk menikmati kemajuan atau peningkatan pendapatan, tetapi penting untuk menjaga agar batas rasa cukup kita tidak terus bergeser seiring dengan naiknya pendapatan.

Banyak orang yang karena ingin mengejar keinginan dan gaya hidup yang lebih tinggi, mereka rela bekerja terus-menerus dari pagi hingga malam, bahkan dari senin sampai minggu. 

Tujuan mereka adalah mengumpulkan sebanyak mungkin uang untuk bisa membeli segala hal yang mereka inginkan.

Namun, akibatnya mereka kehilangan banyak hal yang sebenarnya jauh lebih berharga, yaitu waktu bersama keluarga dan kesehatan yang sering diabaikan.

Di sisi lain, ada orang-orang yang memilih untuk gaya hidup sederhana dan tidak terlalu ambisius, tetapi mereka justru bisa menikmati hidup dengan lebih baik.

 

Ini membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya berapa sih batas cukup itu?

Untuk menjelaskan konsep "batas cukup," mari kita lihat dua contoh orang dengan gaya hidup yang berbeda dan batas cukup yang juga berbeda.

Orang Pertama

"Orang pertama memiliki banyak mobil, dan dia sering mengganti gadgetnya dengan keluaran terbaru. Batas cukupnya tinggi, dia hanya merasa bahagia jika memiliki mobil terbaru atau jika handphonenya merupakan model terkini. 

Baginya, kemajuan teknologi dan produk mewah adalah tolok ukur kebahagiaan. Dia terus mengejar hal-hal baru dan selalu merasa butuh sesuatu yang lebih canggih atau lebih modern untuk merasa puas".

Orang Kedua

"Sebaliknya, orang kedua memiliki batas cukup yang lebih rendah. Dia pernah bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta, dengan posisi yang cukup bagus. 

Namun, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan pindah ke Yogyakarta. Di sana, dia membeli rumah kemudian menjual mobilnya, dan memilih berkeliling kota dengan motor. 

Dia merasa lebih nyaman menggunakan motor karena lebih praktis dan cocok dengan gaya hidup di Yogyakarta."

Orang kedua ini merasa cukup dengan apa yang dia miliki. Gadgetnya tidak sering ganti dan dia masih menggunakan handphone yang sama selama bisa berfungsi dengan baik. Dia menikmati hidupnya tanpa perlu mengikuti tren atau memiliki barang-barang mewah.

Dari kedua contoh ini, kita dapat melihat bahwa batas cukup bisa berbeda-beda untuk setiap orang.

Namun menariknya, semakin rendah batas cukup seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk menikmati hidup. 

Kebahagiaan dan kepuasan tidak selalu berhubungan dengan berapa banyak yang kita miliki, tetapi lebih kepada bagaimana kita melihat dan menghargai apa yang sudah ada.


Memiliki batas cukup yang rendah dapat menjadi cara untuk mengurangi stres dan menekan keinginan untuk selalu menginginkan lebih. 

Dengan batas cukup yang rendah, kita bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti hubungan dengan keluarga dan teman, serta menikmati momen-momen sederhana dalam kehidupan.

Saya punya seorang teman yang batas cukupnya tinggi. Ketika kami jalan-jalan bersama dan memilih menginap di hotel bintang 3, dia sering mengeluh. 

Dia bilang tempat tidurnya terlalu keras, area parkirnya sempit, dan kasurnya tidak nyaman. Dia memiliki banyak keluhan dan sering kali kesulitan menikmati momen-momen sederhana.

Selain itu, saat naik mobil biasa, dia juga kerap mengeluh. Misalnya, dia mengatakan "suspensinya keras," "mobil ini seperti kaleng," atau "AC-nya terlalu panas." Semua keluhan ini membuatnya sulit untuk menikmati perjalanan atau kegiatan sehari-hari.

Berbeda dengan teman saya yang batas cukupnya rendah. Ketika diajak menginap di hotel bintang 3, dia merasa senang. 

Bahkan, dia merasa lebih bahagia ketika menginap di hotel bintang 5. Demikian juga, saat naik mobil biasa, dia tidak masalah dan merasa gembira, apalagi jika mendapatkan kesempatan naik mobil mewah. Dia merasa puas dan bisa menikmati hidup dengan lebih sederhana.

Batas cukup adalah konsep yang unik bagi setiap orang. Seseorang bisa memilih untuk meningkatkan batas cukupnya, tetapi keputusan untuk tetap pada batas cukup yang lebih rendah bisa memberikan rasa damai dan kebahagiaan yang lebih besar. 

Semakin sedikit yang kita butuhkan untuk merasa cukup, semakin mudah kita untuk menikmati hidup tanpa tekanan.

 

Yuk, sekarang kita analisa batas cukup kita

Apakah kamu benar-benar memerlukan rumah yang besar meskipun sebagian besar ruangannya tidak terpakai, atau rumah yang kecil namun nyaman dan mudah diurus sudah cukup?

Apakah kamu harus memiliki mobil yang mahal dengan biaya perawatan yang tinggi, atau mobil biasa yang fungsional dan bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga sudah cukup?

Perlukah kamu membeli pakaian baru, padahal lemari kamu sudah penuh hingga pintunya sulit ditutup?

Apakah benar kamu perlu membeli handphone baru padahal yang kamu miliki saat ini masih bagus dan berfungsi dengan baik?

Perlukah kamu merasa harus berkompetisi dengan orang lain, memamerkan kekayaan untuk terlihat berkelas atau keren? 

Padahal, kamu bisa merasa lebih nyaman dengan menjadi diri sendiri tanpa tekanan untuk selalu menunjukkan status sosial.

Seberapa besar batas cukup kamu? Apakah gaya hidup kamu saat ini sudah sesuai dengan batas yang kamu inginkan?

 

Gaya hidup minimalis sering mengajarkan kita tentang batas cukup. Dengan menerapkan konsep ini, kita jadi lebih mengerti perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Kita pun menyadari bahwa sebenarnya tidak banyak yang diperlukan untuk bisa bahagia. 

Alih-alih membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan atau yang kita pikir bisa membawa kebahagiaan, kita lebih memilih untuk merasa bahagia dengan apa yang sudah ada.

Menemukan batas cukup membawa banyak manfaat, rumah kita jadi lebih rapi karena tidak dipenuhi barang-barang yang tidak perlu. 

Setiap barang jadi berada pada tempatnya, sehingga akhir pekan kita tidak lagi sibuk membereskan barang-barang yang berserakan.

Selain itu, kita juga terhindar dari rasa takut ketinggalan tren (FOMO). Kita tidak iri ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang baru, karena kita merasa sudah cukup dengan apa yang kita miliki.

Kita juga menjadi lebih selektif saat membeli sesuatu dalam mempertimbangkan kualitas dan daya tahan, serta menggunakan barang tersebut sampai benar-benar tidak bisa dipakai lagi. Dengan cara ini, kita menghindari pemborosan dan memastikan uang kita tidak terhambur sia-sia.

Kita juga jadi lebih mengerti prioritas. Jika kita memang butuh sesuatu, kita akan membelinya. Namun, jika tidak, kita tidak ragu untuk menahan diri. 

Uang kita juga punya tujuan yang lebih jelas, seperti untuk tabungan, persiapan pensiun, traveling, atau bahkan membantu orang lain. Dengan demikian, kita tahu persis untuk apa uang kita digunakan.

 

Ketika kita menemukan batas cukup yang sesuai, hidup menjadi lebih mudah dinikmati. Jika kita hidup di atas batas cukup, kita dapat lebih leluasa menikmati hidup. Namun, jika kita hidup di bawah batas cukup, kita bisa merasa sengsara dan sulit menikmati hidup.

Menemukan batas cukup keuangan bukan hanya soal materi, tetapi juga tentang pola pikir yang lebih menghargai apa yang kita miliki dan bagaimana kita memanfaatkannya untuk kebaikan diri kita dan orang lain.