Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Jebakan Finansial yang Punya Potensi Menghancurkan Hidup Kita

Perjalanan finansial kita punya lika-liku, ada sisi ketika kita mendapatkan kebaikan, ada fase ketika kita mendapatkan ujian.

Terkadang ada jebakan finansial yang tersaji di dalam hidup kita, tapi kita tidak menyadarinya. Terlihat baik, terlihat oke, tapi jika kita tidak hati-hati itu bisa menghadirkan bencana dan bahaya yang tidak kita sadari.

Pada artikel ini, saya ingin mengajak kalian semua untuk memahami 4 jebakan finansial yang punya potensi menghancurkan hidup kita.

Kelihatannya baik, kelihatannya keren, kelihatannya menyenangkan, tapi ada bahaya besar di belakangnya.

Apa saja keempat jebakan finansial yang mungkin bisa menghancurkan hidup kita? Yuk, simak terus artikel ini sampai selesai ya.

Financial Trap atau Jebakan Finansial

Financial trap atau jebakan finansial adalah sebuah situasi di mana kita menganggap situasi itu baik, padahal tidak!

Ada potensi bahaya di dalamnya jika kita salah dalam mengambil keputusan. Setidaknya ada empat hal yang punya potensi menjebak itu.

1. Kenaikan gaji

Financial Trap atau Jebakan Finansial
Foto: freepik

Setiap orang pasti senang ketika mendapatkan kenaikan gaji, ketika mendapatkan kenaikan income, atau ketika bisnisnya bertumbuh sehingga pendapatannya juga ikut naik.

Satu hal yang pasti bahwa kenaikan gaji, kenaikan income, atau pertumbuhan bisnis yang membuat income kita juga terus bertumbuh ini bukanlah akhir, ini justru adalah awal.

Ibarat sebuah balapan ini adalah start, naiknya level income ada pada posisi start finansial kita. Jika finansial kita baik, maka kenaikan income akan berdampak baik. Tapi jika start finansial kita buruk maka akan berceceran.

Ketika kenaikan gaji diikuti dengan naiknya konsumsi, naiknya gaya hidup, di titik ini start finansial kita buruk dan inilah jebakan finansialnya.

Namun ketika kenaikan gaji atau kenaikan income diikuti dengan naiknya investasi kita, diikuti dengan naiknya kualitas diri kita, maka kamu melakukan start finansial yang sangat baik.

Terkadang ketika gaji kita naik, pendapatan kita naik, kita terjebak pada keinginan untuk juga menaikkan level gaya hidup kita.

Seperti membeli barang-barang yang belum bisa kita beli, mencoba pengalaman baru yang selama ini masih ada dalam impian. 

Jika ini terjadi, maka di sinilah jebakan finansial itu sedang menjerumuskan kamu pada potensi bahaya besar di dalamnya.

Gaya hidup itu candu, ketika kenaikan gaji diikuti dengan kenaikan gaya hidup, kamu punya potensi menaikkan level pengeluaran. Level konsumsi kamu lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan gaji kamu.

Penghasilan naik 10-20%, gaya hidup naik 50 bahkan 100%. Apa yang terjadi? Hutang adalah opsi paling logis yang punya potensi kita ambil ketika level income kita naik. 

Oleh karena itu, kenaikan gaji jangan kamu ikuti dengan kenaikan gaya hidup. Jika kamu melakukannya, percayalah kamu akan menyesal, karena inilah jebakan finansial yang sangat berbahaya itu.

2. Karier naik, gengsi juga naik

Karier naik, gengsi juga naik
Foto: freepik

Ketika karirmu menanjak, posisimu di kantor juga meningkat, kamu diangkat menjadi seorang pemimpin, seorang manajer atau sejenisnya, apa yang terjadi? Kadang gengsi kita naik.

Akhirnya muncul pikiran "masa sih seorang manajer tidak punya mobil, kok tidak pantas ya seorang manajer tidak punya rumah". Akhirnya kenaikan karirmu justru menghadirkan jebakan finansial untukmu.

Ketika karir naik, memang benar income kita potensinya juga naik, tapi biasanya gengsi kita juga ikut naik. Rasa kepantasan diri yang kita ukur dan kita sematkan pada diri kita itu terlalu tinggi. Akhirnya jalan pintas diambil, kita pun berhutang.

Rasanya kadang memang tidak pantas seorang pimpinan tidak punya mobil, seorang pimpinan tidak punya rumah, seorang pimpinan pakai baju yang biasa-biasa, sepatunya juga biasa-biasa, jamnya juga biasa-biasa. Dengan alasan untuk menunjang profesi, kita pun menaikkan level konsumsi kita.

Akhirnya tanpa sadar, gengsi kita juga naik, sehingga kita juga menaikkan level pengeluaran kita. Jika kenaikan karir tersebut membuat pengeluaran kita membengkak sehingga income kita tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, pada akhirnya kita akan berhutang.

3. Terjebak pada impian kecil yang konsumtif

Terjebak pada impian kecil yang konsumtif
Foto: freepik

Ketika kita belum punya uang, ketika secara finansial kita masih lemah, kadang kita punya keinginan-keinginan tertentu. Keinginan itu pun tidak bisa kita wujudkan karena keterbatasan finansial. 

Namun ketika level finansial kita naik, income kita naik, kesejahteraan kita naik, kita pun mulai punya rencana untuk mewujudkan impian-impian kecil itu.

Keinginan kecil untuk makan di tempat yang mewah yang selama ini hanya mampu kita lihat, mungkin keinginan untuk membeli sebuah HP, membeli motor atau apa pun itu.

Keinginan-keinginan muncul pada saat kita tidak punya kemampuan untuk mewujudkannya, namun ketika secara finansial kita mampu, kita mencoba untuk mewujudkan keinginan-keinginan itu. Akhirnya apa? Uang kita habis untuk mengikuti impian kecil kita.

Jebakan ketiga ini kadang jarang kita sadari. Kita terjebak untuk mengikuti keinginan kecil yang konsumtif yang selama ini kita pendam, yang selama ini ada di pikiran kita pada saat kita mengalami kesulitan finansial.

Jadi hati-hati ketika income kita naik, jangan biarkan kita terjebak untuk memenuhi dan memuaskan diri mengikuti impian-impian kecil yang dulu pernah ada dan pernah tersimpan di pikiran kita.

Satu hal yang pasti, jika fokus kita pada impian kecil maka impian besar kita punya potensi akan terlewat. 

Pada akhirnya belajarlah untuk mengenali keinginan-keinginan terpendam kita dan berhati-hatilah terhadap itu semua.

Jangan biarkan diri kita terjebak pada impian kecil yang sifatnya konsumtif yang punya potensi menghambat terwujudnya impian besar kita.

4. FOMO

FOMO
Foto: freepik

FOMO adalah fear of missing out, satu perasaan di mana kita takut tertinggal. Tertinggal oleh siapa? Tertinggal oleh lingkungan kita, tertinggal oleh komunitas kita.

Apa yang mereka lakukan, kita ingin juga melakukannya. Walau kadang kita tidak sadar bahwa itu tidak cocok untuk kita.

FOMO dalam bentuk apa pun itu tetap berbahaya. Misalnya FOMO dalam investasi, ketika kamu FOMO dalam investasi, kita punya potensi tercipta pada kerugian yang sangat besar.

Begitu juga ketika kita FOMO dalam kegiatan konsumsi, ketika orang-orang terdekat kita membeli HP baru, kita pun tertarik untuk mengikutinya.

Ketika mereka membeli tas bermerek tertentu, kita pun tertarik untuk mengikutinya, begitu seterusnya. Akhirnya kita tidak punya visi yang jelas dalam mengelola uang, akhirnya banyak uang kita habis hanya untuk mengikuti FOMO konsumsi ini. 

Pendek kata, apa pun bentuk FOMO yang ada pada diri kita, apakah ketika ingin investasi atau ingin konsumsi, dua-duanya adalah finansial trap yang punya potensi untuk merusak dan menghancurkan kualitas kehidupan finansial kita.

Tidak usah terburu-buru untuk ikut tren, tidak usah merasa tertinggal ketika kita tidak ikut apa yang orang-orang lakukan.

Belajarlah untuk mengenali siapa kita dan apa yang menjadi kebutuhan kita. Lakukan dengan bijak dan dengan logis. Jangan biarkan FOMO menyekap dan menghancurkan hidup kita.

Baca juga: 3 Mindset yang Membuat Kita Terjebak Hutang dan Cara Mengubahnya

Inilah 4 jebakan finansial yang jika kita terjebak di dalamnya maka kita punya potensi untuk mengalami kehancuran.

Berhati-hatilah ketika income kita naik, berhati-hatilah ketika karir kita naik, berhati-hatilah juga terhadap impian-impian kecil kita, dan yang terakhir jangan terjebak pada FOMO.