Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belanja Impulsif Bikin Dompet Menipis? Hindari dengan Tips Jitu Ini!

Namun jika tidak berhati-hati, melepaskan diri dari rasa stres dengan belanja justru berbahaya dari sisi finansial.

Banyak orang justru terjebak pada impulsive buying yang sangat berdampak negatif terhadap kesehatan finansial kita.

Sebenarnya, apa itu impulsive buying? Apa yang membuat seseorang terjebak pada impulsive buying?

Kemudian, apa ciri-ciri seseorang yang mengalami impulsive buying, dan dampaknya secara finansial seperti apa? Bagaimana cara mengatasinya? Temukan jawabannya di sini.


Apa itu impulsive buying?

Belanja Impulsif Bikin Dompet Menipis? Hindari dengan Tips Jitu Ini!
freepik.com

Impulsive buying adalah sebuah tindakan yang dilakukan tanpa pernah memikirkan akibatnya, dilakukan secara spontan dan tanpa perencanaan.

Jika kita hubungkan dengan konsep impulsive buying, artinya impulsive buying merupakan sebuah tindakan pembelian yang dilakukan tiba-tiba, tanpa perencanaan, tanpa memikirkan akibatnya, dan bersifat spontan.

Ketika seseorang sedang asyik scroll di media sosial dan tiba-tiba melihat promo menarik atau diskon yang ditawarkan, kita pun bisa lupa diri dan melakukan pembelian. Ini adalah salah satu contoh impulsive buying.

Apa pun bentuk belanja yang dilakukan tanpa perencanaan dan tiba-tiba, tanpa memikirkan dampak baik dan buruknya, serta tanpa memikirkan apakah ini bermanfaat atau tidak, itulah impulsive buying.


Ciri-ciri impulsive buying

Apa saja ciri-ciri impulsive buying? Ada beberapa ciri-ciri seseorang yang terjebak impulsive buying:

1. Merasa menyesal setelah membeli

Kadang-kadang, banyak orang yang merasa bingung setelah berbelanja: "Kenapa ya saya membeli ini?", kemudian mereka menyesal.

"Aduh, uangku habis nih." Rasa penyesalan yang muncul setelah berbelanja ini merupakan ciri-ciri kamu sedang terjebak impulsive buying.

2. Pengeluaranmu lebih besar dari yang kamu rencanakan

Misalnya kamu merencanakan uang belanja 200.000, tapi ternyata habisnya 300.000. Maka patut diduga kamu sedang terjebak impulsive buying.

3. Merasa bahagia sesaat setelah belanja

Kamu menganggap belanja sebagai solusi untuk melepaskan diri dari penat dan tekanan mental yang kamu alami. 

Jika niatmu belanja untuk meredakan rasa stresmu, maka ini juga bisa menjadi tanda impulsive buying.


Penyebab Impulsive Buying

Impulsive buying disebabkan oleh beberapa hal:

1. FOMO

Kita takut ketinggalan oleh rekan-rekan ketika semua orang membeli sesuatu sementara kita tidak punya, maka kita pun ikut membeli karena takut ketinggalan. Kita takut dianggap tidak keren, dianggap tidak sesuai dengan kelompok atau komunitas yang kita anut.

2. Ingin Mendapatkan Pujian

Penyebab timbulnya impulsive buying yang kedua adalah keinginan mendapatkan pujian dari orang-orang sekitar ketika berbelanja.

Misalnya, di sebuah kantor ada sales yang menawarkan alat elektronik, entah oven, vacuum cleaner, atau lainnya. Kamu ingin dianggap keren, hebat, atau punya uang, sehingga kamu membelinya.

Pembelian semacam ini adalah bentuk lain dari impulsive buying. Kamu harus hati-hati, belilah sesuatu bukan untuk mendapatkan pujian, tapi karena kamu benar-benar membutuhkannya.

3. Tidak Memiliki Perencanaan Keuangan

Penyebab lain dari lahirnya impulsive buying adalah tidak memiliki perencanaan keuangan yang konkret. 

Kita tidak punya anggaran untuk dikelola dalam sebulan. Kita tidak tahu berapa yang dialokasikan untuk konsumsi, kebutuhan, dan kesenangan.

Karena tidak memiliki perencanaan yang jelas dan budgeting yang konkret, kita sangat mudah terjebak dengan impulsive buying.

4. Tidak Bisa Membedakan Penting atau Tidak

Sumber lain yang membuat banyak orang terjebak dalam impulsive buying adalah ketidakmampuan membedakan apakah suatu barang penting atau tidak.

Mereka tidak bisa memilah-milah atau berpikir panjang atas keputusan finansial yang diambil. 

Karena banyak orang tidak bisa membedakan mana yang penting dan mana yang tidak, mereka mudah terjebak dalam impulsive buying.


Dampak Impulsive Buying pada Finansial

Dampak Impulsive Buying pada Finansial
freepik.com

Lantas, bagaimana dampak impulsive buying terhadap finansial kita? Tentu saja, ketika tindakan impulsive buying ini terlalu sering kita lakukan, ini sangat berdampak negatif terhadap kekuatan dan kesehatan finansial kita.

Ketika impulsive buying tidak terkontrol, kita bisa berhutang. Banyak orang terjebak hutang bukan karena melakukan sesuatu yang produktif, tetapi justru karena perilaku konsumtif.

Setiap belanja yang bersifat konsumtif, yang kemudian menggunakan hutang sebagai pilihan, patut diduga terpicu oleh impulsive buying.

Jika kita terlalu sering melakukan impulsive buying dan memaksakan diri sampai berhutang, tentu saja ini tidak baik bagi kesehatan finansial kita.

Dampak lain dari impulsive buying adalah kita sering mengalami kerugian finansial karena yang kita beli bukan sesuatu yang kita butuhkan atau penting, sehingga sering muncul rasa penyesalan.

Tentu saja, semua penyesalan yang kita alami adalah bentuk nyata dari kerugian finansial yang kita alami.

Pendek kata, jika kita terus terjebak dengan impulsive buying, maka bersiap-siaplah berbagai masalah finansial akan datang bermunculan satu per satu.

Karena sejatinya, impulsive buying adalah salah satu sumber utama lahirnya berbagai masalah finansial dalam kehidupan kita.


Cara Mencegah Impulsive Buying

Lantas, bagaimana cara mencegah agar kita tidak mudah terjebak dalam impulsive buying?

1. Buatlah Perencanaan Keuangan

Salah satu hal penting yang wajib kita lakukan adalah membuat perencanaan keuangan. Buatlah anggaran untuk sebulan.

Hitung berapa anggaran untuk kebutuhan rumah tangga, transportasi, hiburan, dan tabungan. Rinci semuanya dan buat catatan yang jelas.

Pisahkan uangnya, mana untuk kebutuhan dapur, mana untuk transportasi, mana untuk makan, dan mana untuk bersenang-senang.

Jika kita sudah membuat pemisahan yang jelas, ini akan membantu kita mengingat ketika ingin berbelanja. 

Misalnya, kita bisa berpikir, "Oh ya, ini bukan dalam anggaran saya, saya tidak punya uang untuk membeli ini."

2. Miliki Visi Finansial Jangka Panjang

Hal lain yang harus kita lakukan adalah memiliki visi finansial jangka panjang. Pikirkan, 10 atau 15 tahun mendatang, apa yang ingin kita capai?

Tanpa visi finansial, kita akan mudah terombang-ambing, sehingga kita akan sulit mengendalikan pengeluaran kita.

Dengan memiliki visi finansial yang konkret, setiap kali kita ingin berbelanja, kita bisa mengingat apakah pembelian ini sesuai dengan tujuan finansial kita atau tidak.

Dengan visi finansial yang jelas, kita bisa menjadikannya sebagai pengendali untuk mengontrol pengeluaran dan membuat kita lebih sadar terhadap belanja kita.

3. Selalu Bertanya pada Diri Sendiri

Cara lain yang dapat kita lakukan adalah selalu mempertanyakan sebelum belanja. Ketika kita ingin membeli tas baru, tanyakan, "Penting nggak sih tas ini? Apa bedanya dengan tas yang sudah ada di rumah?"

Coba untuk berhenti sejenak dan ajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri agar kita berpikir dan sadar apakah belanja ini penting atau tidak.

4. Menunda Belanja

Ketika tertarik untuk membeli baju baru, cobalah untuk menunda. Katakan pada diri sendiri, "Bulan depan saja," atau "Besok saja." Katakan ini setiap kali ingin membeli sesuatu yang dianggap tidak penting.

Lakukan ini berulang-ulang, sampai akhirnya kita benar-benar bisa mengendalikan hasrat belanja kita.


Itulah sedikit pembahasan tentang impulsive buying. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua ya.