Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaknai Kekayaan dengan Tepat untuk Menghindari Kesalahan Finansial

"Bingung kapan kamu bisa disebut kaya? Artikel ini mengupas tuntas tentang makna kekayaan yang sesungguhnya dan bagaimana memaknainya dengan tepat untuk menghindari kesalahan finansial.

Kapan kamu merasa menjadi orang kaya? Pada situasi atau kondisi seperti apa kamu merasa bahwa "oke, saya ini kaya"? Dalam konteks atau simbol seperti apa kamu menganggap dirimu kaya?

Setiap orang punya persepsi yang berbeda, punya rasa yang berbeda, dan punya target yang berbeda yang menunjukkan bahwa kamu merasa kaya.


Pentingnya Memaknai Kekayaan dengan Tepat

Memaknai tingkat kekayaan yang ada dalam pikiran dan hati kita itu penting, karena jika kita mampu memaknai dengan tepat, hampir sebagian besar keputusan finansial kita juga tepat.

Sebaliknya, jika kita gagal memaknai apa itu kaya maka bukan kekayaan yang kita dapatkan, melainkan potensi kesulitan yang akan datang menghampiri kita.

Mungkin kita pernah bertemu dengan beberapa orang yang merasa akan menjadi orang kaya ketika memiliki rumah dan mobil.

Ketika rasa kaya terletak pada rumah dan mobil, maka apa yang dia lakukan? Dia akan berjuang untuk mewujudkan rasa kaya itu. Dia menganggap bahwa ketika sudah mencapai itu semua dia sukses dan kaya.

Maka apapun akan dia lakukan, bahkan terkadang jalan pintas pun dipilih. Salah satunya adalah membeli rumah dengan KPR dan mengambil mobil dengan cicilan.

Setelah itu tercapai, apa yang terjadi? Jika pendapatannya tidak naik, bukan kebahagiaan yang didapat, justru sebaliknya, potensi kesulitan. 

Sebab sebagian besar dari pendapatan mereka akan digunakan untuk membayar cicilan rumah dan cicilan mobil.

Ada orang yang merasa kaya ketika mampu mencapai level gaya hidup tertentu, bisa makan di restoran, bisa traveling, dan bisa membeli barang-barang bermerk dan sejenisnya.

Jika ini yang kita maknai sebagai rasa kaya, maka itu yang akan kita cari. Sebagian besar penghasilan kita akan digunakan untuk hal-hal tersebut.

Pendek kata, orang-orang yang menganggap kaya dengan model seperti ini akhirnya akan terjebak pada apa yang disebut rabun kaya.


Tanda-Tanda Kesalahan dalam Memaknai Kekayaan

Memaknai Kekayaan dengan Tepat untuk Menghindari Kesalahan Finansial
freepik.com

Apa sih rabun kaya itu? Rabun kaya adalah situasi di mana kita salah mempersepsikan makna kekayaan. Karena kita salah memaknai kekayaan, tindakan dan keputusan kita juga salah.

Ada juga orang yang merasa kaya ketika mencapai level pendapatan tertentu. Akhirnya, ia berupaya mencari tempat kerja atau melamar ke perusahaan yang kira-kira jika diterima, ia akan memiliki level pendapatan sesuai harapannya.

Ketika ia telah mencapai itu, katakanlah bekerja di perusahaan dengan gaji 10 hingga 15 juta kemudian ia puas dan merasa bahwa dirinya telah kaya.

Maka apa yang terjadi? Ia memiliki potensi lupa diri, berpotensi besar mengikuti gaya hidup orang-orang yang katanya kaya.

Akhirnya, sebagian gajinya digunakan untuk membeli barang-barang bermerk, mengikuti gaya hidup orang-orang yang mungkin terlalu sering pamer di media sosial, makan di tempat yang mewah, jalan-jalan ke lokasi yang dianggap prestisius, membeli mobil, atau bahkan menyewa apartemen yang mewah.

Pendek kata, setelah ia merasa bahwa level 15 juta adalah tingkat kekayaannya, kemudian ia di titik itu menggunakan semua yang ia dapatkan untuk gaya hidupnya dan kepuasannya. Maka di sini, pendapatan itu tidak bermakna apa-apa. Pendapatan yang ia dapatkan hanya bisa menciptakan citra kaya, bukan benar-benar kaya.


Dampak Buruk dari Gaya Hidup yang Salah

Sekarang coba renungkan, ada di level mana rasa kaya kalian, apakah kalian merasa kaya ketika memiliki pendapatan pada tingkat tertentu?

Apakah kalian merasa kaya jika memiliki gaya hidup pada tingkat tertentu, atau apakah kalian merasa kaya jika sudah memiliki rumah, mobil, dan sejenisnya? Apapun itu, coba refleksikan ulang. 

Ketika kita memaknai rumah sebagai tingkat kekayaan, dan mobil sebagai tingkat kekayaan, sebenarnya itu bukan kekayaan, justru itu pengeluaran.

Ketika kamu membeli rumah seharga 500 juta dan mobil seharga 300 juta, kita sedang membuang uang sejumlah 800 juta. Kita sedang menggunakan uang dan mengeluarkannya dari kepemilikan kita.

Ketika kamu memaknai gaya hidup sebagai kekayaan, sebenarnya kamu tidak sedang benar-benar kaya, justru kamu sedang mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi keinginan dan gaya hidupmu.

Ketika kamu memaknai pendapatan sebagai tingkat kekayaan, pertanyaan pentingnya adalah: Berapa lama tingkat pendapatan itu akan bertahan? Apakah kita akan selamanya berada pada tingkat pendapatan tertentu? Apakah selamanya kita akan berada di level pendapatan tersebut? Bukankah kita punya batas?

Jika batas itu berakhir, masa produktif kita selesai, kemudian pendapatan kita menurun, apa yang akan terjadi pada hidup kita? Pada kondisi ini memaknai rasa kaya dengan tepat itu penting.


Indikator Kekayaan yang Ideal

Lantas, bagaimana cara menetapkan rasa kaya yang ideal dan berdampak baik bagi hidup kita? Ada tiga indikatornya:

1. Pendapatan Lebih Besar dari Pengeluaran

Berapa pun tingkatmu, seberapa pun pendapatanmu, dan berapa pun jumlah rumah atau mobil yang kamu punya, jika ternyata total penghasilanmu terlalu kecil dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memenuhi segala gaya hidupmu, artinya kamu miskin.

Walaupun rumahmu banyak dan mobilmu banyak, tetapi jika semua itu menghasilkan hutang yang sangat besar, pelan namun pasti kamu berpotensi untuk hancur.

2.  Persentase Konsumsi yang Menurun

Persentase konsumsimu semakin lama semakin turun, sementara persentase investasi dan tabunganmu semakin lama semakin naik.

Ini berarti kita semakin produktif, karena kita semakin produktif sehingga pendapatan kita semakin naik.

Sementara pada saat yang sama, kita punya kemampuan mengendalikan gaya hidup, sehingga meskipun pendapatan kita naik, pengeluaran konsumsi kita untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk hiburan tetap stabil, sehingga yang meningkat adalah tabungan dan investasi kita.

Jika tabungan kita naik dan investasi kita naik, kita punya potensi untuk membeli aset yang semakin besar.

3. Aset yang Meningkat

Rasa kaya yang sejati itu adalah ketika kita punya aset yang semakin lama semakin naik. Jadi, jika kamu ingin menetapkan tingkat kekayaanmu, tetapkanlah berapa banyak aset yang kamu miliki sebagai indikatornya.

Misalnya, kamu punya aset berupa investasi yang menghasilkan pendapatan pasif, misalnya kontrakan rumah atau kos-kosan 10 kamar.


Pentingnya Memahami Kekayaan Sejati

Jika kamu menetapkan itu sebagai rasa kaya dan hal itu tercapai, maka hidupmu akan menyenangkan.

Pada titik ini, pertambahan nilai aset yang kita miliki itu mutlak dijadikan indikator untuk membangun tingkat kekayaan yang sejati.

Inilah cara yang tepat untuk memberikan makna tentang rasa kaya yang ada pada diri kita. Jangan salah memaknai rasa kaya, jika tidak, kita akan menyesal. Terima kasih.