Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjebak Gaya Hidup Mewah? Waspada 5 Model Kemiskinan Tersembunyi yang Mengintai!

Banyak orang yang merasa kaya, namun sejatinya dalam perspektif finansial mereka miskin. Orang-orang yang merasa kaya tetapi sebenarnya miskin itu seperti mereka sedang menggenggam sebuah bom waktu.

Ketika bom waktu itu meledak, mereka akan benar-benar jatuh miskin. Tidak perlu heran jika banyak orang yang tampak kaya tiba-tiba jatuh miskin dalam waktu singkat.

Karena sejatinya, mereka itu miskin namun terlihat kaya. Miskin tidak hanya terkait dengan pendapatan yang rendah, tetapi lebih dari itu.

Dalam artikel ini, kami ingin mengajak kalian semua untuk melihat dengan perspektif finansial tentang makna miskin dan kemiskinan.


5 Model Kemiskinan dari Sudut Pandang Finansial

1. Pendapatan rendah

Pendapatan rendah
freepik.com

Selama ini banyak orang memahami bahwa kemiskinan terjadi ketika pendapatan kita terlalu rendah, sehingga kita tidak dapat memenuhi kebutuhan. Makna ini memang benar, tetapi ini adalah model kemiskinan level 1. 

Orang-orang pada model kemiskinan level satu ini memiliki kualitas dirinya tidak terlalu baik, sehingga kemampuan mereka untuk mengumpulkan uang juga tidak terlalu baik.

Meskipun mereka sudah bekerja keras dan berusaha, uang yang mereka terima tetap saja tidak cukup. Akibatnya, uang yang mereka terima tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka.

Misalnya, mereka memiliki pendapatan 3 juta rupiah perbulan, sementara kebutuhan tiap bulannya mereka 4 atau 5 juta rupiah.

Pada titik ini, mereka adalah orang-orang miskin karena pendapatan mereka lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

Miskin dengan model seperti ini saya yakin semua orang sepakat, tidak ada yang berpendapat berbeda. Semua akan menyebut mereka sebagai kelompok miskin.

2. Orang dengan gaya hidup lebih tinggi dari pendapatan

Orang dengan gaya hidup lebih tinggi dari pendapatan
freepik.com

Siapa orang-orang yang termasuk dalam kategori miskin level kedua ini? Mereka adalah orang-orang dengan gaya hidup yang lebih tinggi daripada level pendapatan mereka.

Misalkan kita memiliki pendapatan 5 juta rupiah per bulan, tetapi gaya hidup kita mencapai 7 juta bahkan 8 juta rupiah per bulan. 

Artinya, untuk memenuhi keinginan dan gaya hidup, pendapatan 5 juta rupiah terasa kurang, dan kita sering terjebak dalam hutang.

Orang-orang yang gaya hidupnya lebih tinggi daripada level pendapatannya adalah orang yang miskin, tetapi mereka tidak sadar. Mereka merasa kaya, merasa keren, meskipun mungkin harus berhutang.

Jika ini terus terjadi dan mereka tidak melakukan evaluasi, maka pada suatu saat nanti hutang akan menjadi belenggu bagi mereka.

Karena untuk memenuhi gaya hidup mereka pendapatannya tidak cukup, sehingga mereka terjebak dalam hutang.

3. Total aset atau total harta sama dengan total hutang

Total aset atau total harta sama dengan total utang
freepik.com

Misalnya, ada seseorang yang bekerja dengan pendapatan 10 juta rupiah per bulan, kemudian ia mengambil kredit perumahan dengan cicilan 2 juta rupiah.

Lalu, ia membeli mobil secara kredit dengan cicilan 3 juta rupiah per bulan. Praktisnya uang yang tersisa adalah 5 juta rupiah.

Jika dikalkulasikan, total asetnya berupa rumah dan mobil adalah sekitar 500 juta rupiah. Pada saat yang sama, jika dihitung total utangnya, jumlahnya juga 500 juta rupiah.

Kelihatannya mereka punya aset, kelihatannya mereka kaya karena punya mobil dan rumah, tetapi sejatinya mereka itu miskin.

Karena jika kita bandingkan antara total harta yang mereka miliki dengan total hutang nilainya setara, artinya mereka sebenarnya tidak punya apa-apa.

Jika kondisinya normal, misalnya tiga tahun pertama semuanya berjalan lancar dan tidak ada masalah, maka mungkin ini tidak akan mengganggu.

Namun, jika suatu saat mereka terkena PHK atau harus berganti pekerjaan dengan gaji hanya 6 juta rupiah per bulan, maka yang terjadi adalah hidup mereka akan susah karena mereka punya cicilan 5 juta rupiah per bulan.

Inilah orang-orang yang memegang bom waktu dalam hidupnya. Orang miskin dengan model ketiga ini adalah mereka yang sebenarnya memegang bom waktu tetapi tidak menyadarinya. Mereka sebenarnya miskin, tetapi terlihat kaya.

Banyak orang melihatnya tampak kaya, walaupun sejatinya dalam sudut pandang finansial kenyataannya tidak seperti itu.

4. Terlihat membangun bisnis

Terlihat membangun bisnis
freepik.com

Mereka punya usaha, tetapi jika kita hitung dan audit, total utang mereka lebih besar dibandingkan dengan total aset mereka. Kemampuan mereka untuk membayar utang juga tidak terlalu baik. 

Memang benar terlihat semuanya berjalan lancar, rumahnya besar, mungkin punya properti, mungkin juga punya sebuah usaha.

Tetapi setelah semuanya kita kalkulasi, hutang mereka terlalu tinggi dan semua itu didapatkan dengan cara berhutang.

Ketika suatu saat bisnis mereka tidak berjalan lancar, mereka tidak punya cadangan, dan akhirnya yang terjadi adalah mereka akan mengalami kebangkrutan.

Miskin model ini sangat tidak disadari oleh banyak orang. Mereka merasa kaya walaupun sejatinya miskin. Mungkin bisnis mereka berjalan, tetapi pondasinya sangat rapuh.

Suatu saat jika ada gangguan kecil saja, semuanya bisa roboh. Berapa banyak orang yang jatuh miskin dalam sekejap karena kondisi ini.

5. Orang dengan total cicilan hutang yang lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan

Orang dengan total cicilan hutang yang lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan
freepik.com

Hal ini bisa terjadi karena gaya hidup, bisa juga karena bisnis yang mereka rencanakan tidak berhasil, atau mungkin karena ambisi untuk membeli sesuatu.

Saya teringat seorang sahabat yang bercerita bahwa dia bisa membeli rumah, tanah, dan mobil semuanya melalui utang, dan semuanya ia bayar lewat mekanisme cicilan.

Pada saat itu, bisnisnya lancar dan dia memiliki penghasilan 20 juta per bulan, sementara cicilannya sekitar 12 sampai 15 juta.

Namun, ketika bisnisnya mengalami penurunan dan penghasilannya hanya 7 juta, yang terjadi adalah cicilan utangnya lebih besar daripada pendapatannya. Orang seperti ini sangat berbahaya.

Baca juga: Tips Keluar dari Jebakan Pasif Spending dan Raih Kebebasan Finansial

Dari lima model kemiskinan yang telah dipaparkan sebelumnya, banyak orang lebih fokus memaknai kemiskinan pada model pertama, yakni mereka yang pendapatannya lebih rendah, dengan kualitas diri yang tidak terlalu baik.

Meskipun mereka sudah bekerja keras, tetap saja total pengeluaran mereka lebih besar dibandingkan dengan pendapatan mereka.

Sementara itu, mereka yang terjebak dalam model kemiskinan kedua hingga kelima sering kali tidak sadar. Mereka merasa kaya, tetapi sebenarnya pondasi finansial mereka lemah.

Mari kita evaluasi diri, berhati-hati, dan jangan bangga hanya karena merasa kaya. Kita harus bangga ketika benar-benar kaya.