Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terungkap! Kenapa Si Kaya Semakin Kaya dan Si Miskin Semakin Miskin?

Kadang banyak orang berpikir, "Kenapa sih orang kaya itu semakin kaya, sementara yang miskin semakin miskin?"

Di sisi lain hanya sebagian kecil dari orang-orang miskin yang mampu keluar dari zona kemiskinannya dan mengubah hidupnya menjadi orang-orang kaya.

Sementara orang-orang kaya hanya sebagian kecil juga yang akhirnya salah dalam mengelola uang dan kemudian jatuh miskin.

Dalam artikel ini kita akan membahas kenapa jarak antara yang kaya dan yang miskin semakin jauh dan kenapa orang-orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin justru semakin miskin dan mereka sulit untuk menjadi kaya.


Penyebab Si Kaya Semakin Kaya dan Si Miskin Semakin Miskin

1. Orang kaya lebih hemat dari orang miskin

Terungkap! Kenapa Si Kaya Semakin Kaya dan Si Miskin Semakin Miskin?
Foto: freepik

Percaya tidak kalau orang kaya itu lebih hemat jika dibandingkan dengan orang miskin dan orang-orang miskin itu punya kecenderungan lebih boros.

Mungkin kalian heran, "Tapikan orang kaya belanjanya luar biasa, mereka beli mobil, beli tas-tas bermerek, beli sepatu-sepatu bermerek".

Pendek kata, untuk sekali makan saja mereka bisa mengeluarkan uang sampai puluhan juta, sementara orang miskin tidak.

Jika kita lihat dari nominal uang yang dikeluarkan, orang kaya memang belanjanya itu ugal-ugalan, mereka mengeluarkan uang luar biasa banyak.

Tapi jika kita lakukan persentase, berapa persen yang mereka keluarkan untuk bersenang-senang itu jumlahnya sangat sedikit.

Kondisinya berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang miskin, mungkin belanjanya lebih sedikit tapi presentasenya sangat besar jika dibandingkan dengan total penghasilan mereka.

Orang-orang kaya menggunakan sekitar 30% sampai dengan 40% untuk memenuhi keinginan dan konsumsi sehari-hari.

Sementara orang-orang miskin punya potensi menghabiskan sekitar 80% dari total penghasilan mereka untuk kebutuhan sehari-hari dan kesenangan. Bahkan sebagian dari mereka 100% uangnya digunakan untuk kebutuhan dan kesenangan.

Meskipun mungkin orang-orang kaya itu membeli tas bermerek, sepatu bermerek, tapi jika kita total dengan persentase penghasilan tiap bulannya mereka itu tidak seberapa.

Katakanlah mereka dengan penghasilan 100 juta rupiah per bulan hanya sekadar membeli sepatu dengan harga 5 juta, itu 5% dari total penghasilan mereka.

Kalaupun setiap bulan mereka menghabiskan uang 30 juta untuk kebutuhan hidup dan kesenangan, itu hanya 30% dari total penghasilan mereka.

Jadi memang sepintas orang-orang kaya itu mengeluarkan uang lebih banyak, tapi sebenarnya dari sisi persentase mereka itu lebih hemat jika dibandingkan dengan orang-orang miskin.

Sementara orang-orang dengan penghasilan pas-pasan hampir 100% penghasilan mereka digunakan untuk belanja dan kesenangan.

Akhirnya mereka tidak menabung, mereka tidak berinvestasi, dan kondisi inilah yang membuat hidup mereka semakin lama tidak semakin baik, justru semakin buruk.

Terlebih jika mereka terlilit hutang, utamanya hutang tersebut adalah hutang konsumtif, tentu ini akan semakin parah. Hutang inilah yang membuat jarak antara si kaya dan si miskin itu semakin jauh.

2. Orang kaya membangun gaya hidup berdasarkan kapasitas finansial

Orang kaya membangun gaya hidup berdasarkan kapasitas finansial
Foto: freepik

Faktor berikutnya yang harus dipertimbangkan, orang-orang kaya membangun gaya hidup berdasarkan kapasitas finansialnya, sementara orang-orang miskin membangun gaya hidup berdasarkan kapasitas finansial orang lain.

Maksudnya seperti ini, "Katakanlah si Ahmad dengan penghasilan 100 juta rupiah per bulan, ia menggunakan 30 juta setiap bulannya untuk kesenangannya."

Ini wajar-wajar saja karena memang ia membeli semua kesenangan itu berdasarkan kapasitas finansialnya.

Karena penghasilannya 100 juta rupiah per bulan, kalaupun digunakan 30 juta untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangannya itu sangat sedikit, hanya 30%.

Mungkin ia gunakan untuk nongkrong misalnya, untuk makan, untuk beli barang-barang bermerek dan sejenisnya.

Pendek kata, banyak orang melihat Ahmad itu luar biasa gaya hidupnya. Tapi apa yang dilakukan Ahmad itu sesuai dengan kapasitas dirinya, ia punya penghasilan 100 juta dan masih ada 70 juta yang bisa ia simpan.

Beda dengan orang-orang miskin atau penghasilannya pas-pasan, kadang gaya hidup mereka itu mengikuti standar dan gaya hidup orang lain, bahkan lebih ekstrem lagi mengikuti standar dan penghasilan orang lain.

Misalkan kamu dengan penghasilan 3 juta rupiah per bulan, kebetulan kamu punya teman dengan penghasilan 10 juta rupiah per bulan.

Kamu itu ingin mengikuti gaya hidup temanmu dengan penghasilan 10 juta per bulan, kamu lupa bahwa kita hanya punya penghasilan 3 juta per bulan, akhirnya berhutang. 

Hutang adalah solusi yang dipilih untuk memenuhi gaya hidupnya dan di titik inilah masalah semakin besar. Inilah yang bikin kenapa si miskin semakin miskin. 

Dengan kata lain, tanpa sadar orang-orang miskin atau berpenghasilan pas-pasan mereka memilih gaya hidup berdasarkan standar penghasilan orang lain, bukan berdasarkan standar penghasilan mereka.

Sementara orang-orang kaya memilih gaya hidup berdasarkan kapasitas finansial mereka, mereka melakukan itu karena memang mampu dan punya, bukan memaksakan diri.

Kenapa orang-orang itu memilih hidup berdasarkan kapasitas dirinya? Ya karena memang mereka tidak perlu terlihat kaya, karena sejatinya mereka sudah kaya.

Sementara orang-orang miskin kenapa mereka memaksakan diri dengan gaya hidup orang lain? Ya karena mereka ingin terlihat kaya.

Baca juga: Kebiasaan Buruk yang Bikin Kamu Miskin Selamanya! Ubah Sekarang!

3. Hutang

Hutang
Foto: freepik

Memang benar orang-orang kaya itu punya hutang tapi mereka punya kemampuan membayarnya. Sementara orang-orang miskin kadang mereka punya hutang tapi tidak diimbangi dengan kemampuan untuk membayar.

Terlebih mereka berhutang untuk impulsif buying, untuk pembelian barang-barang yang sifatnya tidak benar-benar dibutuhkan.

Ketika kamu ingin membeli sesuatu dan kamu tidak mampu, itu pertanda memang kamu belum layak. Tapi kadang sebagian orang-orang dengan penghasilan pas-pasan itu memaksakan diri.

Mereka ingin, ya mereka beli. Mesikipun solusinya adalah hutang Paylater, kartu kredit, atau bahkan pinjol dipilih sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka, untuk memenuhi hasrat belanja mereka.

Ketika mereka terjerat dengan pinjol sudah bisa dipastikan hidup mereka tidak mudah, mereka pasti akan semakin sulit.

Sementara orang-orang kaya itu berhutang biasanya untuk menumbuhkan bisnisnya, untuk membuat bisnisnya lebih berkembang dan itupun dilakukan dengan perhitungan.

Maka di titik ini ketidakmampuan mengkalkulasi kemampuan membayar hutang membuat banyak orang gagal memahami kapasitas finansialnya.

Akhirnya kondisi ini menciptakan gap yang semakin jauh antara si kaya dan si miskin karena tujuan hutang mereka sudah berbeda. Si miskin tujuan hutangnya konsumtif, sementara orang kaya tujuan utamanya produktif.

Kemampuan bayar hutangnya juga beda, yang kaya punya kemampuan bayar hutang sementara yang miskin tidak. Mereka memang tidak punya kemampuan yang baik dalam melunasi hutang.

Sehingga semakin lama mereka semakin terjerat dengan lingkaran setan kemiskinan dan hutang piutang ini.

Baca juga: Hutang Bukan Solusi, Tapi Sumber Masalah Keuangan!

4. Keterbatasan akses terhadap sumber daya

Keterbatasan akses terhadap sumber daya
Foto: freepik

Faktor terakhir yang cukup menjadi pembeda utama antara orang miskin dan orang kaya adalah keterbatasan akses terhadap sumber daya.

Orang-orang kaya kemampuan mengakses modal, mengakses sumber daya manusia, mengakses sumber daya informasi, mengakses pemerintahan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan orang-orang dengan penghasilan pas-pasan.

Simpelnya seperti ini, "Ketika kamu terlahir dari orang kaya kamu pasti akan sekolah di sekolah ternama." Di situ kamu akan bertemu dengan orang-orang yang juga keluarganya kaya.

Akhirnya pertemanan mereka, diskusi mereka itu selevel sehingga ketika mereka lulus dan ingin bangun bisnis, mereka tidak bingung cari relasi, cari mitra karena teman-teman mereka sama-sama terlahir dari keluarga pebisnis sehingga ketika ingin bekerja sama jauh lebih mudah.

Sementara orang-orang miskin relatif sebagian besar anak-anak mereka sekolah di lingkungan yang juga setara dan mereka tumbuh sebagian besar menjadi pekerja.

Ketika ingin bertumbuh menjadi pebisnis, membangun jejaring dan mencari relasi mereka punya tantangan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan mereka yang terlahir di lingkungan kaya.

Belum lagi keterbatasan akses modal, orang-orang miskin tidak punya jaminan untuk pinjam uang, akhirnya pinjol sebagai solusinya.

Sementara orang-orang kaya mempunyai akses modal yang sangat luar biasa mudah, belum lagi akses informasi dan pemerintahan.

Pendek kata, perbedaan ini menjadi pembeda yang sangat luar biasa yang membuat kenapa banyak orang kaya semakin mudah memperkaya dirinya, sementara orang miskin cukup sulit.

Di sisi lain memang benar ada orang-orang yang berhasil keluar dari zona kemiskinannya tapi ini sangat sedikit.

Baca juga: Tips Sukses di Usia Muda yang Harus Kamu Ketahui!

Demikian artikel mengenai kenapa sih yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Semoga artikel ini bermanfaat ya.